Jakarta, IDN Times - Sri Lanka membutuhkan dana segar sebesar US$5 miliar untuk memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi selama enam bulan ke depan. Bahkan, pemerintah Srilanka tengah mempertimbangkan pinjaman dari China senilai US$1,5 miliar untuk mendanai sektor impor.
"Hanya membangun stabilitas ekonomi saja tidak cukup, kita harus merestrukturisasi seluruh perekonomian. Kita perlu mencapai stabilitas ekonomi pada akhir 2023," kata PM Srilanka, Ranil Wickremesinghe, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/6/2022).