ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menjelaskan, dua cara penghitungan pertumbuhan ekonomi. Pertama adalah dari sisi pengeluaran yang punya beberapa komponen seperti konsumsi, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), belanja pemerintah, dan ekspor-impor.
Kedua dari sisi produksi, ada dari sisi sektoral seperti pertanian, industri manufaktur, perdagangan, dan jasa. Itu adalah penghitungan dan komponen yang digunakan untuk memperoleh angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen.
"Yang kita lakukan dari sisi pengeluaran itu adalah dari sisi konsumsi. Konsumsi ketika Ramadan Lebaran kemarin itu tidak bisa menopang pertumbuhan ekonomi kita cuma 4,87 persen dengan konsumsi kita di 4,96 persen, tapi konsumsi naik jadi 4,97 persen (kuartal II-2025) langsung menggeber pertumbuhan ekonomi sampai 5,12 persen," kata Huda kepada IDN Times di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Konsumsi rumah tangga memang masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Tak heran jika Huda meragukan angka pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2025 yang melesat begitu tinggi, sementara pertumbuhan konsumsinya sangat tipis.
Konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 54,25 persen terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) atau berkontribusi 2,64 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025, yang mencapai 5,12 persen secara tahunan.
Selain itu, Huda dan Celios juga memberikan catatan terhadap PMTB. Badan Pusat Statistik (BPS) dinilai memasukkan komponen mesin dan sebagainya sangat tinggi sekali serta ada komponen PMTB yang dihasilkan dari proyek strategis nasional (PSN) yang belum terlaksana atau baru sekarang MoU.
"Karena tadi yang kita lihat PMI (Purchasing Managers' Index) kita masih kontraksi, tidak ada ekspansi, tapi industri kita bisa tumbuh sampai 5,68 persen. Itu catatan kita," kata Huda.