Jakarta, IDN Times – Center of Economic and Law Studies (Celios) mengkritisi data tingkat kemiskinan yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), karena dinilai sangat berbeda dengan angka yang dipublikasikan oleh Bank Dunia (World Bank).
Direktur Kebijakan Publik Celios, Media Wahyudi Askar menyampaikan kegelisahan sejumlah ekonom terhadap perbedaan signifikan antara data kemiskinan versi pemerintah dan versi Bank Dunia (World Bank).
Mengacu pada data Bank Dunia, sebanyak 60,3 persen atau sekitar 172 juta penduduk Indonesia dikategorikan miskin, yang berarti enam dari sepuluh orang berada dalam kondisi kemiskinan. Sementara itu, data BPS menunjukkan angka kemiskinan hanya sebesar 8 persen atau sekitar 24 juta orang, yang berarti kurang dari satu dari 10 penduduk Indonesia tergolong miskin.
“Kami melakukan studi analisis. Definisi dan metodologi pengukuran kemiskinan harus diubah karena kegagalan dalam mendefinisikan kemiskinan juga berdampak pada terhambatnya upaya pengurangan angka kemiskinan,” ujar Media dalam diskusi virtual bertajuk Sebenarnya Ada Berapa Juta Orang Miskin dan Menganggur di Indonesia,? yang diselenggarakan Celios, Rabu (27/5/2025).