Para pekerja perempuan di Dewacoco tengah memisahkan kulit kelapa berwarna cokelat muda dengan daging kelapa. (dok. Dewacoco)
Setelah sabutnya menjadi briket untuk bahan bakar biomassa, selanjutnya tempurung masuk ke tahap dewatering untuk diambil air. Selanjutnya, tempurung kelapa akan dipisah dari batoknya untuk dijadikan charcoal atau arang.
Sementara itu, kulit kelapa berlanjut di tahap paring. Arthur mengatakan, para pekerja yang kebanyakan perempuan secara manual akan memisahkan kulit kelapa berwarna cokelat muda dengan daging kelapa.
Adapun bagian kulit kelapa itu kemudian diolah menjadi coconut paring oil. Setelah itu, daging kelapa dipisah dengan bagian ari.
Ari kelapa tersebut selanjutnya akan diproses menjadi Crude Coconut Oil (CCO) yang diproses pada suhu relatif rendah.
"Ari kelapa diperas menjadi santan lalu dipanaskan dengan suhu relatif rendah untuk lebih lanjut difermentasi, pendinginan, penambahan enzim, dan masuk tahap sentrifugasi," kata Arthur.
Sesudah ari kelapa diubah menjadi CCO, bagian dagingnya kemudian masuk ke tahap drying diubah menjadi desicated dan tepung. Deiscated kelapa tersebut didistribusikan menjadi bahan pangan, tetapi dapat pula menjadi bahan untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).
Arthur pun berharap pihaknya mampu meningkatkan nilai kelapa tak hanya menjadi kopra kering, tetapi juga menjadi VCO, CCO, Coconut Paring Oil, Charcoal, Desicated, tepung, hingga briket sabut kelapa sebagai bahan bakar biomassa.
Sebagai informasi, kelapa adalah salah satu komoditas strategis dari sub-sektor perkebunan di Halmahera Barat. Data KAPITA pada 2021 menyebutkan, perkebunan kelapa di Halmahera Barat dengan luasan 31 hektare mampu menghasilkan 35 ton kopra kering.