Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
FullSizeRender.jpeg
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu usai menjadi pembicara dalam Indonesia Sumit 2025, di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • Digitalisasi bansos dilakukan untuk memastikan penyaluran tepat sasaran dan mencegah penggunaan uang bansos untuk judi online (judol).

  • Pemerintah sedang mengkaji sanksi bagi penerima bansos yang menyelewengkan dana, seperti bermain judol atau membeli rokok.

  • Digitalisasi bansos diharapkan dapat menghemat anggaran hingga Rp500 triliun dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,3-0,4 persen.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu mengatakan, program digitalisasi bantuan sosial (bansos) sudah dimulai.

Untuk tahap awal, pemerintah mulai melakukan uji cobanya di Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim).

"Kayaknya sekarang lagi berlangsung ya di Banyuwangi. Jadi itu istilahnya uji coba kan ya. Jadi prototipe dari data kan," kata Mari usai menjadi pembicara dalam Indonesia Summit 2025 by IDN Times, di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

1. Untuk mencegah uang bansos dipakai buat judol

Ilustrasi judi online (IDN Times/Aditya Pratama)

Digitalisasi bansos dilakukan untuk memastikan penyalurannya tepat sasaran, dan bantuan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Dengan digitalisasi, pemerintah berharap bisa mencegah penyelewengan dalam penggunaan bansos, salah satunya judi online (judol).

“Iya juga (untuk mencegah judol). Nah intinya kan sekarang dengan digital, kalau dia dengan digital payment kita bisa juga track dia itu pakai uangnya untuk apa. Karena memang kan tujuan bansos dia dipakai untuk membantu kehidupan dia gitu ya,” ucap Mari.

2. Bakal ada sanksi bagi penyeleweng dana bansos

Ilustrasi Judi online (IDN Times/Aditya Pratama)

Saat ini, pemerintah juga sedang mengkaji sanksi yang akan diberikan bagi penerima bansos yang melakukan penyelewengan, dengan bermain judol, membeli rokok, dan sebagainya.

"Kita hanya, kita mungkin mengharuskan bahwa uang bansos itu dipakai untuk basic needs kan sebetulnya ya. Di luar itu ya jangan gitu ya. Tapi nanti apa sanksinya apa bagaimana kita akan tertipkan. Ini saya rasa sedang kita pelajari persisnya bagaimana,” ujar Mari.

Adapun penyaluran bansos melalui digitalisasi akan tercatat oleh Bank Indonesia (BI), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan lainnya.

3. Digitalisasi bansos hemat anggaran Rp500 triliun

Ilustrasi Bantuan Sosial (Bansos). (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagai informasi, digitalisasi bansos dilaksanakan dengan sistem yang dirancang untuk meningkatkan akurasi penyaluran dengan menurunkan inclusion dan exclusion error, memperkuat transparansi dan akuntabilitas, serta memungkinkan masyarakat melakukan verifikasi identitas digital secara mandiri.

Proses back-end nantinya akan berjalan otomatis dengan verifikasi data lintas lembaga, mulai dari BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, BI–Himbara, ATR/BPN, hingga Samsat.

Ketua DEN, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, digitalisasi bansos itu akan berkontribusi dalam penghematan anggaran hingga lebih dari Rp500 triliun, sebab sistem akan membuat penerima bansos menjadi tepat sasaran.

“Dan ingat, bansos itu bisa berdampak 0,3 persen sampai 0,4 persen terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Luhut, Selasa (26/8).

Editorial Team