Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya karena investor menunggu data nonfarm payrolls, yakni data mengenai tingkat ketenagakerjaan utama AS untuk isyarat lebih lanjut mengenai ekonomi terbesar dunia itu.
"Fokus sekarang tepat pada data nonfarm payrolls AS, yang akan dirilis pada hari Jumat. Sementara angka tersebut, yang mencerminkan kesehatan pasar tenaga kerja, diperkirakan telah menurun dari bulan sebelumnya, tanda-tanda kekuatan apapun kemungkinan akan memberi Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan kenaikan suku bunga," ujarnya.
Namun, data pada hari Kamis menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan AS tumbuh sedikit lebih besar dari yang diharapkan, menunjukkan beberapa perlambatan di pasar tenaga kerja.
Tak hanya itu, kata Ibrahim pelemahan rupiah juga karena bayang-bayang resesi ekonomi dunia. Implikasinya ekspor Indonesia akan terdampak karena permintaan yang turun. Jika permintaan turun, otomatis harga komoditas akan melemah.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada September 2022 turun 1,4 miliar dolar AS menjadi 130,8 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya.
"Selain itu, terkurasnya cadangan devisa lantaran terdapat kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," tambah Ibrahim.