Jakarta, IDN Times - Raja Thailand Maha Vajiralongkorn kini menjadi tokoh sentral yang disorot oleh publik. Salah satunya karena tuntutan para demonstran di Negeri Gajah Putih menginginkan transparansi di dalam keuangan kerajaan dan pembatasan kekuasaan keluarga raja.
Dikutip dari harian LA Times, Senin, 19 Oktober 2020, nilai aset yang dikendalikan oleh raja berusia 68 tahun itu diperkirakan mencapai 70 miliar dolar Amerika. Salah satu asetnya bersumber dari kepemilikan saham perusahaan bernama Biro Properti Kerajaan Thailand (CPB). Usai dinobatkan sebagai raja pada 2016 lalu, Vajiralongkorn memerintahkan agar semua aset itu dimasukkan ke dalam kepemilikan pribadi.
Dengan adanya aset itu, maka Vajiralongkorn bisa mengendalikan aset dengan nominal lebih baik bila Raja Saudi, Sultan Brunei dan keluarga Kerajaan Inggris digabung. Tetapi, kekayaan yang dimiliki oleh keluarga kerajaan yang dituntut oleh puluhan ribu demonstran--yang mayoritas anak muda, agar aset tersebut dikembalikan CPB.
"Ketika para demonstran berbicara mengenai monarki sebagai sebuah institusi, maka CPB adalah intinya," ungkap pengajar di Universitas Thammasat dan kandidat doktor hubungan internasional di USC, Pongkwan Sawasdipakdi.
"Hal lain yang menjadi pemikiran publik yakni bagaimana keluarga kerajaan bisa menumpuk begitu banyak kekayaan, sementara kita tidak tahu apa-apa mengenai sumbernya," tutur dia lagi.
Apakah tuntutan para demonstran ini akan didengar oleh pihak Kerajaan Thailand?