Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi PBB (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)
Ilustrasi PBB (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Jakarta, IDN Times - Women’s World Banking dan UN Capital Development Fund meluncurkan Women’s Digital Financial Inclusion (WDFI) Advocacy Hub, sebuah koalisi global untuk mengakselerasi aksi kolektif guna meningkatkan inklusi keuangan digital bagi perempuan pada 20 Juli 2022.

Presiden dan CEO Women’s World Banking, Mary Ellen Iskenderian, mengatakan
koalisi ini bertujuan menutup kesenjangan gender dalam akses ke teknologi digital, keterampilan, dan produk keuangan digital bagi perempuan pengusaha—khususnya di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

“Tiga perempat dari satu miliar perempuan di seluruh dunia tidak mendapatkan akses ke sistem keuangan formal,” kata Mary Ellen Iskenderian, Presiden dan CEO Women’s World Banking, melalui keterangan tertulis yang diterima oleh IDN Times, pada Selasa (2/8/2022).

1. WDFI Advocacy Hub adalah platform kolaborasi global dengan terobosan baru

Lambang PBB di Markas Besar PBB, New York. (Instagram.com/unitednations)

Iskenderian mengatakan bayangkan jika sebuah skenario di mana para perempuan itu punya peluang yang sama untuk mengakses teknologi, keterampilan, dan layanan keuangan.

"WDFI Advocacy Hub adalah platform kolaborasi global dengan terobosan-terobosan baru yang memungkinkan skenario tersebut menjadi kenyataan sekaligus menutup kesenjangan inklusi keuangan,” katanya.

2. Perempuan masuk dalam daftar kelompok yang kurang terlayani untuk akses keuangan

Pexels.com/Andrea Piacquadio

Peluncuran ini dilakukan tak lama setelah rilis World Bank Global Findex 2021. Dalam rilis tersebut menunjukkan kesenjangan yang senantiasa terjadi dalam akses keuangan untuk kelompok yang kurang terlayani, antara lain perempuan, kaum miskin, dan mereka yang berada di luar angkatan kerja.

Sementara data Global Gender Gap Report 2022 menyebutkan bahwa paritas gender belum pulih. Perlu 132 tahun lagi untuk menutup kesenjangan gender global. Saat krisis semakin parah, tenaga kerja perempuan akan terdampak dan risiko kemunduran kesetaraan gender global semakin meningkat.

3. Sebanyak 52,3 persen perempuan di Indonesia memiliki rekening bank

Ilustrasi belanja (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut data Global Findex terkini, Indonesia memiliki kesenjangan gender yang sedikit terbalik dibandingkan situasi global, yaitu 52,3 persen perempuan memiliki rekening bank, sedikit lebih besar dibandingkan pria sebanyak 51,2 persen.

Namun, pemegang akun pria tumbuh lebih cepat sepanjang 2017-2021 dibandingkan perempuan. Jika data tersebut diterjemahkan ke populasi, ada sekitar 49 juta atau setara dengan 47,7 persen perempuan yang tidak memiliki rekening bank dan 9 juta atau 8,9 persen perempuan yang memiliki rekening bank tidak aktif.

4. Jumlah perempuan yang tertinggal dalam transisi ke ekonomi digital masih banyak

Unsplash/Hesam Jr

Executive Secretary United Nations Capital Development Fund, Preeti Sinha, mengatakan seiring dengan upaya dunia untuk pulih dari pandemik COVID-19, sudah seharusnya inklusi keuangan digital menjadi prioritas mendasar bagi para penentu kebijakan nasional, regional, dan global.

“Jumlah perempuan yang tertinggal dalam transisi ke ekonomi digital ini terlalu banyak. Kami melihat banyak peluang untuk mengakselerasi perubahan dan memastikan perempuan dapat ikut dalam laju transisi dunia,” katanya. 

Sebagai informasi, didukung oleh Bill and Melinda Gates Foundation, WDFI Advocacy Hub adalah kolaborasi beragam pemangku kepentingan, termasuk penyedia layanan keuangan, FinTech, masyarakat sipil, dan organisasi bilateral dan multilateral.

Dipimpin oleh Women’s World Banking dan UN Capital Development Fund, institusi yang sudah tergabung sebagai mitra awal adalah European Bank for Reconstruction and Development, Consultative Group to Assist the Poor (CGAP), FinEquity, GSMA, International Finance Corporation, The World Bank Gender Group, Better Than Cash Alliance, dan Kaleidofin.

Editorial Team