Ketua Kadin Rosan Roeslani memberikan keterangan pers di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat (youtube.com/Sekretariat Presiden)
Sejatinya, kisruh di tubuh Kadin Indonesia bukan pertama kali ini terjadi. Kisruh paling dekat terjadi saat Kadin Indonesia ingin menggelar Musyawarah Nasional (Munas) pada 2021. Munas itu digelar untuk mencari pengganti Rosan Perkasa Roeslani dari kursi ketua umum.
Huru-hara terjadi berkaitan dengan pemilihan lokasi Munas yang kala itu bertepatan dengan pandemik COVID-19. Tercatat ada tiga provinsi yang mengajukan diri sebagai tuan rumah Munas Kadin Indonesia 2021, yakni Kadin Jawa Timur, Kadin Bali, dan Kadin Kepulauan Riau. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan Munas Kadin Indonesia VIII digelar di Bali.
Namun, hal itu urung terjadi sebab Rosan sebagai ketua umum Kadin Indonesia kala itu justru memindahkan Munas ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Selain lokasi yang berubah, tanggal Munas juga ikut berganti dari semula 2-4 Juni 2021 menjadi 30 Juni-1 Juli 2021.
Usut punya usut, perpindahan lokasi Munas tersebut atas permintaan Presiden Joko "Jokowi" Widodo, karena berkaitan dengan pandemik COVID-19. Untuk diketahui, jelang Munas Kadin Indonesia 2021, Indonesia tengah menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang luar biasa tinggi.
Perpindahan lokasi dan tanggal Munas didasarkan pada kekhawatiran pemerintah terjadi lonjakan kasus COVID-19 pasca-Munas di Bali. Alasan lainnya, Bali saat itu sedang mempersiapkan diri untuk menjadi destinasi pertama di Indonesia yang akan membuka pintu gerbang wisatawan asing dengan konsep travel corridor arrangement atau TCA.
Adapun sebagai gantinya, Bali dipilih jadi lokasi gelaran pertemuan G20 pada 2022. Atas perpindahan lokasi dan jadwal Munas yang begitu tiba-tiba, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia kala itu, Suryani Motik, meminta agar Munas ditunda.
"Menyikapi Munas Kadin, kita sebenarnya semenjak lihat tren COVID naik, kita sudah inisiatif meminta Ketum dan penyelenggara untuk menunda munas yang dimulai dari kemarin untuk menunda konvensi," kata Suryani.
Selain itu, penolakan perubahan lokasi dan jadwal Munas juga disampaikan Kadin Jawa Timur yang kala itu dipimpin Adik Dwi Putranto. Mengutip ANTARA, Adik memprotes keputusan tersebut karena tidak sesuai dengan kesepakatan awal bersama.
"Kadin Jatim merasa keberatan karena sejak awal sudah disiapkan di Bali dan keputusan pelaksanaan di Bali itu untuk mendongkrak perekonomian Bali yang menjadi sentra pariwisata Indonesia. Kalau pariwisata Bali bergerak, saya yakin semua akan bergerak," kata dia.
Namun, Rosan tetap pada permintaan pemerintah untuk menggelar Munas di Kendari pada 30 Juni 2021. Mengenai pro kontra pelaksanaan Munas, Rosan mengklaim akan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat. Dia menyebut, peserta yang hadir diwajibkan melakukan tes PCR terlebih dahulu.
"Kendari bukan zona merah. Sehingga bisa dilaksanakan dan kita ikut aturan pemerintah, berapa banyak persentasenya dan semua yang datang di PCR. Bukan hanya tiap hari, tapi yang keluar dari lokasi itu kita antigen dan PCR. Dari jarak kita ikuti semua protokol kesehatannya," kata Rosan.
Tidak hanya itu, Rosan menerangkan Kadin Indonesia mencarter pesawat Garuda Indonesia sebagai alat transportasi peserta. Dengan begitu, tidak ada peserta yang berangkat sendiri-sendiri, guna mencegah penularan COVID-19.
"Untuk ke sananya, kami pun mencarter pesawat. Jadi tidak ada mereka pergi sendiri-sendiri. Kami carterkan semua pesawat Garuda. Jadi sebelum berangkat kita tes, kombinasi PCR dan antigen," ucap dia.
Adapun dalam Munas VIII tersebut, dua sosok yang tengah dalam pusaran kisruh Kadin Indonesia saat ini, Arsjad Rasjid dan Anindya Bakrie terpilih menjadi Ketua Umum dan Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia.
"Keduanya (Arsjad dan Anindya Bakrie) setuju untuk dua-duanya menjadi ketua. Tapi bedanya, yang satu jadi ketua Dewan Pertimbangan yaitu Pak Anindya Bakrie, yang satu menjadi ketua umum Kadin Indonesia, rencananya itu Pak Arsjad," kata Rosan.
Rosan menyampaikan Presiden Jokowi juga mengapresiasi solusi terbaik di antara para pengusaha tersebut. Terkait Anindya yang akhirnya terpilih menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Kadin, Rosan pun mengapresiasinya.
"Saya dalam kesempatan ini sangat, sangat, sangat mengapresiasi Bapak Anindya Bakrie yang beliau 15 tahun sebagai wakil ketua umum, dan sangat memahami dinamika ini, sehingga beliau majunya sebagai ketua dewan pertimbangan," tutur Rosan.