Menlu Retno Marsudi didampingi Menteri BUMN Erick Thohir berkunjung ke Swiss (Dokumentasi PTRI Jenewa)
Menlu Retno saat berkunjung ke Swiss mengingatkan agar EFTA yang sudah diteken segera ditindaklanjuti.
“Di Indonesia dalam proses ratifikasi, Swiss pun sebetulnya sudah ratifikasi, kemudian di-challenge LSM yang ada di Swiss, akan direferendum tahun depan, Maret. LSM di Eopa terutama yang berkaitan dengan lingkungan kuat sekali, termasuk di Swiss. Mereka challenge, mudah-mudahan pemerintah Swiss bisa menang saat referendum EFTA itu. Saya diberi keyakinan oleh pemerintah Swiss. 'Don’t worry, Mr Ambassador, we will fight and we will win', kata mereka,” tutur Muliaman.
Selain itu, kedatangan Menlu Retno ke Swiss juga bahas perjanjian yang belum tuntas. Misalnya, proteksi perjanjian investasi bilateral. Bagaimana proteksi terhadap investasi disepakati. “Investor kalau ingin masuk ke negara lain ingin ada kesepakatan, investasinya dilindungi. Memastikan secure kalau dia masuk. Insya Allah akhir tahun atau awal bulan depan kesepakatan sudah bisa ditandatangani, “ kata Muliaman.
Dia menambahkan, “Sebelum Bu Menlu datang, kita sudah sepakati akan diselesaikan dalam waktu tidak terlalu lama. Ini melindungi investor baik dari Indonesia yang mau masuk ke Swiss, dan dari Swiss yang masuk ke Indonesia.”
Saat ini ada 150-an perusahaan Swiss di Indonesia, dengan serapan tenaga kerja 50 ribuan.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan Swiss adalah negara investor terbesar keempat di Indonesia, dari negara-negara di Eropa.
Investasi Swiss tidak hanya perusahaan besar seperti Nestle, Roche, Novartis, serta sejumlah perusahaan yang memproduksi mesin, turbin yang pabriknya tersebar di tanah air.
“Sekarang ini mereka coba masuk tawarkan industri berbasis inovasi, farmasi, terutama natural herbs, kita coba galang, karena Indonesia banyak sumber natural herbs (herbal) di hutan-hutan kita, yang bisa dimanfaatkan untuk industri farmasi. Itu akan kita dorong,” kata Muliaman.
Saat ini Swiss membutuhkan produk di tiga kategori prioritas.
Pertama, produk maritim dan kelautan, karena negeri itu tidak punya laut. Kedua, perlu industri natural herbs, untuk bahan mentah keperluan farmasi. “Swiss gak punya hutan biodiversity yang luas, kayak kita. Cuma punya hutan pinus,” ujar Muliaman. Ketiga, Swiss perlu pasokan untuk industri terkait dengan kayu, mebeler, baik makro maupun mikro seperti bahan untuk mainan, dukungan produk tertentu lainnya.
“Sudah saya sampaikan ke Kadin. Kita baru saja sepakati semacam bussiness support organization atau unit bisnis bagi calon-calon eksportir yang ingin penuhi standar ekspor ke Swiss. Ini jaminan agar perdagangan kita terus naik, manfaatkan EFTA yang sudah kita teken,” kata Muliaman.