Seorang anggota staf berjalan melewati sebuah sketsa Presiden China Xi Jinping memakai masker pelindung (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song)
Meski optimis dengan kinerja ekonomi Tiongkok ke depan, Qiao mengatakan, ada sejumlah kekhawatiran umum yang bisa menghalangi untuk mencapai tujuan ekonominya pada 2035.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan awal bulan ini, Qiao menyebut, sejumlah hal yang bisa menjadi penghalang, termasuk populasi negara yang menua yang akan mengganggu potensi pertumbuhannya, rasio utang terhadap PDB yang tinggi yang akan mengancam stabilitas ekonomi, serta model pertumbuhan yang didorong investasi negara tidak berkelanjutan dan tidak dapat mendorong pertumbuhan dalam jangka panjang.
Kekhawatiran tersebut, kata Qiao, akan memperlambat lintasan pertumbuhan Tiongkok secara keseluruhan, tetapi tidak menggagalkannya. Salah satu alasannya adalah karena pemerintah memiliki beberapa kebijakan untuk mengatasi tantangan tersebut, yang termasuk langkah-langkah yang berfokus pada menstabilkan utang dan inisiatif untuk mendorong urbanisasi lebih lanjut dan pembukaan sektor jasa.
Lebih lanjut, Qiao mengatakan, ada tantangan juga dari hubungan Tiongkok dengan AS, yang telah memburuk selama beberapa tahun terakhir. Menurut Qiao, hubungan buruk yang berlanjut antar kedua negara akan bisa menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
“Akankah hubungan itu tetap manis dan ... damai? Kami tidak begitu yakin,” katanya.