Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
63a171cb-1e52-4081-8b62-3a48b3f5b67d.jpeg
Bank Mandiri mempertahankan gelar Best Bank in Indonesia dari ajang bergengsi Euromoney Award for Excellence 2025 tiga tahun berturut-turut. (Dok. Bank Mandiri)

Intinya sih...

  • Buyback saham Bank Mandiri untuk stabilisasi pasar modal

  • Meningkatkan kepercayaan investor dan lembaga keuangan

  • Anggaran buyback sebesar Rp1,17 triliun belum signifikan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, langkah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan pembelian kembali saham atau buyback lebih ditujukan untuk menjaga stabilitas pasar modal, bukan semata-mata karena faktor fundamental perusahaan.

“Bank Mandiri adalah perusahaan BUMN yang ikonik dengan kapitalisasi pasar besar. Karena itu, pergerakan saham Bank Mandiri memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi stabilitas keuangan di dalam negeri. Di situlah kebutuhan untuk melakukan buyback — semata-mata bukan karena faktor fundamental, tetapi lebih ke arah stabilisasi pasar di saat harganya sedang jatuh,” tutur Bhima, dikutip Kamis (13/11/2025).

1. Meningkatkan kembali kepercayaan investor

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (IDN Times/Dhana Kencana)

Bhima menambahkan, aksi korporasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kembali kepercayaan investor dan lembaga keuangan, baik domestik maupun internasional, yang ingin menjalin kerja sama atau menempatkan dana mereka di bank pelat merah itu.

“Langkah tersebut juga diyakini bisa menumbuhkan keyakinan bagi bank-bank internasional yang berencana melakukan pendanaan bersama Bank Mandiri. Jadi, confidence karena harga sahamnya akan naik,” ujar Bhima.

“Saya tidak melihat ada faktor lain selain stabilisasi pasar, yang sebenarnya bisa saja dilakukan oleh Danantara tanpa buyback dari internal Bank Mandiri,” sambung dia.

2. Anggaran buyback belum signifikan

ilustrasi gedung Bank Mandiri (dok. Bank Mandiri)

Meski begitu, Bhima menilai nilai anggaran buyback yang disiapkan sebesar Rp1,17 triliun masih belum cukup signifikan. Dia pun membandingkan dengan data penjualan bersih investor asing di saham Bank Mandiri yang mencapai Rp21,85 triliun sepanjang satu tahun terakhir.

“Dengan kondisi tersebut, nilai buyback yang ideal seharusnya berada di kisaran Rp5 triliun hingga Rp10 triliun agar dampaknya terhadap stabilitas pasar lebih terasa,” kata Bhima.

Menurut Bhima, aksi buyback senilai Rp1,17 triliun tersebut lebih bersifat psikologis bagi pasar dan untuk menjaga kepercayaan investor agar tetap menjadikan Bank Mandiri (BMRI) sebagai pilihan utama investasi.

3. Buyback telah disetujui dalam RUPS Maret 2025

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terus memperkuat komitmennya terhadap ekonomi berkelanjutan melalui penerapan prinsip Enviromental, Social, and Governance (ESG). (Dok. Bank Mandiri)

Sebelumnya diberitakan, Bank Mandiri telah mengumumkan pelaksanaan program pembelian kembali saham atau buyback yang telah disetujui dalam RUPS Maret 2025. Aksi korporasi ini menjadi bentuk keyakinan manajemen terhadap fundamental perusahaan dan prospek jangka panjang industri perbankan nasional.

“Buyback ini menjadi sinyal kepercayaan manajemen perseroan terhadap kekuatan model bisnis dan nilai jangka panjang Bank Mandiri,” kata Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini.

Selain memperkuat nilai pemegang saham, saham hasil buyback juga disiapkan untuk mendukung program kepemilikan saham pegawai atau Employee Stock Ownership Program (ESOP).

"Langkah ini menjadi sinyal konsistensi manajemen dalam menjaga keseimbangan tata kelola dan keberlanjutan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan," ujar Novita.

Editorial Team