Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • BI proyeksikan perlambatan ekonomi global sepanjang 2024, tumbuh 3,2 persen
  • Ekonomi AS diperkirakan melambat di semester II-2024, sementara China belum kuat dan Eropa mencatat perbaikan
  • Ekspektasi penurunan suku bunga AS mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi global sepanjang 2024.

Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, ketidakpastian pasar keuangan global mulai mereda dengan risiko yang masih tetap harus diwaspadai ke depannya.

"Ekonomi global pada 2024 diperkirakan tumbuh sebesar 3,2 persen dengan kecenderungan lambat," kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (21/8/2024).

1. Perkembangan ekonomi AS, China, dan Eropa

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara dengan para pendukungnya pada rapat umum kampanye Make America Great Again di International Air Response Hangar, Bandara Phoenix-Mesa Gateway, Mesa, Arizona. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Perry turut menjelaskan, ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan melambat pada semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.

Di sisi lain, ekonomi China belum kuat dan di kawasan Eropa terus mencatat perbaikan.

"Perlambatan AS berdampak pada meningkatnya pengangguran dan turunnya inflasi yang lebih cepat ke arah sasaran inflasi jangka panjang sebesar 2 persen," ujar Perry.

2. Penurunan suku bunga AS bisa lebih cepat tahun ini

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Perkembangan hal ini, kata Perry, mendorong kuatnya ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR) dapat lebih cepat dan lebih besar dari perkirakan sebelumnya.

"Perkiraan tersebut kemudian menyebabkan penurunan yield US Treasury tenor 2 tahun dan diikuti tenor 10 tahun serta pelemahan dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia," kata dia.

3. Penguatan mata uang negara-negara berkembang

Ilustrasi beberapa uang rupiah (pexels.com/Robert Lens)

Ketidakpastian pasar keuangan global yang mulai mereda dan berbagai perkembangan tersebut mendorong meningkatnya aliran masuk modal asing dan memperkuat mata uang negara-negara berkembang, terutama Indonesia.

Ke depannya, sambung Perry, terkait risiko dengan kekhawatiran resesi ekonomi AS dan dinamika geopolitik di berbagai belahan dunia termasuk AS, dengan berjalannya proses pemilihan umum di sana harus dicermati.

"Kondisi ini memerlukan kehati-hatian dalam merumuskan respons kebijakan dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomi domestik," katanya.

Editorial Team