Nggak juga. Saya memang mungkin, Tuhan itu sudah menakdirkan saya itu punya kawan banyak. Karena menurut saya, begini lho Uni, hidup itu at the end, perkawanan, trust, networking. Jadi saya punya teman hampir di semua tempat, saya berteman baik dengan Mohammed Bin Salman (Pangeran Mahkota Kerajaan Arab Saudi), saya masih bisa ber-WhatsApp dengan beliau.
Saya berteman baik dengan Presiden Abu Dhabi, maksudnya Uni Emirat Arab. Saya berteman juga dengan dengan pembantu dekat Presiden (Joe) Biden, saya bertelepon dengan dia. Saya berteman baik dengan (mantan) Menlu China Wang Yi. Saya berteman banyak sekali, sama Kristalina (Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, red), sangat dekat, juga misalnya dengan Madame Lagarde (Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa), banyak sekali Uni. Teman-teman itu, yang menurut saya, mereka sharing trust.
Jadi apa yang saya sampaikan itu kan juga dia message ke yang lain. Nah itu membangun suatu confidence. Nah, Presiden paham itu. Ya Presiden itu, sebagai kepala negara, kalau saya sebagai komandan, saya pasti gunakan dong anak buah saya yang bisa merepresentasi saya untuk menyampaikan sesuatu. Ya misalnya Perdana Menteri Australia ndak tahu gimana, kog kami cocok. Misalnya minggu depan, beliau jadwalkan kami tanggal 14, jam 4 sore bertemu..di Australia. Seperti-seperti itu kan, Uni, susah ya bilangnya. Jadi..saya lapor ke Presiden, ya sudah, bertemu. Saya tanya arahan Bapak apa? Mau bicara ini, ini, ini. Kalau Bapak ada arahan lain? Ya udah itu, ditambahin ini.
Jadi, saya pikir itu, jadi siapa pun nanti kepala negara yang akan datang, menurut saya, dia harus punya messenger yang dia percaya, yang bisa menerjemahkan kemauan beliau ke berbagai pihak, dan itu menurut saya yang penting, karena ndak mungkin Presiden melakukan semuanya sendiri. Beliau kan urusan dalam negerinya saja begitu banyak. Wong saya aja begitu banyak pekerjaan, apalagi presiden. Itu sebenanrya Uni. Jadi, kalau dibilang berlebihan, ya tidak.
Dengan Jared Kushner bagaimana kami berkawan. Bagaimana Tony Blair, datang ke Paviliun Indonesia bertemu saya. Bagaimana hubungan dia dengan MBZ yang begitu bagus, dengan (pemimpin) Qatar yang begitu bagus, ya saya minta bantu. Dia kadang-kadang mengatur pertemuan saya. Uni bayangin, mantan Perdana Menteri Inggris, membantu pertemuan saya. Kenapa?
Ya saling memanfaatkan saja untuk kebaikan. Kenapa tidak? Dia ke rumah saya. Jadi, menurut saya Uni, memang, ya pembantu presiden itu harus ada yang bisa menjalankan peran itu dan menurut saya penting. Karena ekosistem yang dibangun pemerintahan Presiden Jokowi sekarang, menurut saya sudah luar biasa. Tadi saya bicara di Mandiri Investment Forum 2023, tadi pagi kan, saya ketemu grup bule-bule, pengusaha besar, berlima mereka.
Mereka tanya, bagaimana 2024? Saya bilang ya, mestinya kalau presiden yang akan datang waras, dia akan mengkapitalisasi apa yang sudah dibuat Presiden Joko Widodo ini. Maaf, bahasa saya bahasa tentara, bahasa lugas, alangkah bodoh gobloknya kalau dia tidak meneruskan ini. Karena itu akan membuat story dia bagus, karena ekosistemnya sudah terbentuk yang belum pernah terjadi selama sejarah Republik Indonesia. Diakuin dunia. Itu jangan Uni bilang dari saya. Anda kemarin di Davos, bagaimana orang mengapresiasi Indonesia.
Jadi saya pikir, saya bilang tadi sama mereka, saya tidak ada sedikitpun khawatir mengenai itu karena siapa pun presiden yang akan datang itu pasti saya kenal, karena COVID-19 kemarin. Jadi, entah itu gubernur, entah itu mantan tentara saya pasti kenal. Dan pasti mereka akan minta pendapat saya, saya kan share ini. Sebagai seorang warga negara. Dan itu tadi, sebelum mereka terpilih, siapa pun alangkah gobloknya, alangkah tololnya, kalau dia tidak lanjutkan apa yang sudah begitu baik dibuat oleh Pak Jokowi ini. Dan dia tidak perlu malu mengenai itu, kenapa? Ya kan success story-nya nanti 10 tahun kemudian dia juga. Orang akan mengingat Pak Jokowi membuat landasannya, orang akan mengingat dia mengeksekusinya sehingga pada 2030, saya kira bisa 3,5 miliar dolar AS GDP kita. Bisa 10 ribu dolar AS income per capita kita. Ya ini kan achievement yang besar.
Sekarang kita sudah mulai masuk, menurut saya dari data, industrialisasi, negara ini. Karena kita sudah downstreaming industri, kita sudah kemarin, ada India yang datang, Srivasan, siapa gitu namanya, masuk investasi di airport, di Kertajati. Saya bilang sama dia, kamu jangan itu aja. Ajak dari India yang bikin sendok, garpu, industrinya. Bahan bakunya ada di Morowali. Stainless steel semua itu, bisa dibikin nanti, surgical tools untuk membuka dada, memotong apa semua, itu kan dari stainless steel. Jadi, Uni, menurut saya ya banyak sekali, sekarang ini. Tinggal kita kembangkan. Ke depan ini, dan sedang berkembang sekarang.