Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hasil laut. (unsplash.com/Duangphorn Wiriya)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang mengatakan ekspor seafood atau makanan laut negaranya ke China pada bulan September turun 90,8 persen, dibandingkan tahun sebelumnya. Anjlok tajam tersebut berdasarkan laporan nilai ekspor yang hanya mencapai 800 juta yen (sekitar Rp82,8 milyar), dilansir NHK News, Rabu (8/11/2023).

Hal ini terjadi setelah Beijing menangguhkan impor produk kelautan, guna memprotes pelepasan air yang telah diolah dan diencerkan oleh Tokyo Electric Power Company Holdings Inc (TEPCO) ke Samudera Pasifik dari PLTN Fukushima Daiichi. Putaran pertama pelepasan air tersebut dimulai pada 24 Agustus.

1. Penurunan nilai ekspor ke China terjadi sejak pembuangan air putaran pertama

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Kementerian tersebut juga melaporkan, ekspor ke Negeri Tirai Bambu mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut dan berdampak pada kerugian di industri perikanan Jepang. Bagi Tokyo, China adalah pasar luar negeri terbesar untuk produk-produk akuatiknya.

Tercatat, sebagian besar ekspor yang berkurang merupakan produk-produk yang tidak dapat dimakan, seperti ikan koi untuk dijadikan hewan peliharaan atau pajangan, mutiara dan koral. Pengiriman dibatasi pada barang non-makanan tersebut.

Data menunjukkan, ekspor Jepang secara keseluruhan untuk produk pertanian, kehutanan, dan perikanan ke China pada September merosot 47,4 persen menjadi 13,9 miliar yen (Rp1,4 triliun), The Japan Times melaporkan.

2. Penjualan produk akuatik Jepang ke AS dan Hong Kong melonjak

Ilustrasi makanan laut. (unsplash.com/Falco Negenman)

Sementara itu, ekspor produk pertanian, kehutanan, perikanan, dan pangan Jepang secara keseluruhan meningkat sepanjang tahun ini, dibandingkan pada 2022. Totalnya untuk Januari-September naik 5,8 persen menjadi sekitar 7 miliar dolar AS (Rp109,4 triliun).

Angka tersebut mencapai 1 triliun yen (Rp103,5 triliun), satu bulan lebih awal dibandingkan tahun lalu. Hal ini terjadi karena peningkatan penjualan di Amerika Serikat dan Hong Kong menutupi penurunan ekspor ke Beijing.

Untuk ekspor produk perikanan Jepang pada dua wilayah tersebut secara keseluruhan meningkat 2,7 persen menjadi 33 miliar yen (Rp3,4 triliun). Ini didorong oleh upaya Tokyo mencari pasar alternatif untuk produk akuatiknya, dilansir Asahi Shimbun.

3. Jepang telah memulai pelepasan ketiga pada awal November

Para ahli IAEA berada di Fukushima Daiichi untuk mengambil sample dari batch pertama pelepasan air limbah nuklir yang telah diencerkan. (twitter.com/iaeaorg)

Pembuangan air dari PLTN Fukushima yang rusak pada 2011 akibat gempa bumi besar dan tsunami, dimulai setelah laporan tinjauan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Juli. Pihaknya menyimpulkan bahwa rencana tersebut mematuhi standar keselamatan global. 

Pelepasan air tetap dilakukan oleh Tokyo, meski mendapat penentangan dari nelayan lokal dan negara tetangga. Pada bulan lalu, Rusia bergabung dengan Beijing untuk membatasi impor makanan laut Jepang sebagai 'tindakan pencegahan'.

TEPCO melaporkan bahwa pihaknya telah memulai pelepasan ketiga pada 2 November. Operator pabrik tersebut berencana untuk memompa sekitar 460 ton air olahan per hari ke sekitar 1 kilometer lepas pantai melalui terowongan bawah air hingga 20 November, dikutip dari Kyodo News.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N