ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
Erick menjelaskan ada 6 BUMN yang membutuhkan tambahan modal dari negara pada 2023 senilai Rp7,88 triliun. Dana tersebut dibutuhkan untuk penyelesaian proyek strategis nasional dan mendukung keberlangsungan perusahaan pelat merah.
Namun Kementerian Keuangan baru menyetujui 4 BUMN untuk mendapatkan PMN pada tahun depan yang totalnya Rp41,31 triliun. Sedangkan PMN yang diajukan adalah Rp67,82 triliun untuk 10 BUMN.
BUMN yang masih membutuhkan PMN pada 2023, yakni Indonesia Financial Group (IFG). Total kebutuhannya adalah sebesar Rp6 triliun, ditujukan untuk penguatan modal Askrindo dan Jamkrindo demi melaksanakan program kredit usaha rakyat (KUR).
Selanjutnya PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau IndonesiaRe sebesar Rp3 triliun yang akan digunakan untuk memperbaiki rating internasional. Perusahaan ingin melakukan penguatan kapasitas bisnis.
PT Hutama Karya (Persero) membutuhkan tambahan PMN sebesar Rp1,66 triliun untuk meneruskan proyek Jalan Tol Trans Sumatera.
Selanjutnya InJourney membutuhkan PMN Rp 1,4 triliun. PMN sebesar itu dinilai kritikal bagi holding BUMN Pariwisata ini, untuk pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan Tanamori, pemenuhan ekuitas di KEK Sanur, serta pengembangan integrasi infrastruktur IT InJourney.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI juga membutuhkan sokongan sebesar Rp1 triliun. PMN ini ditujukan untuk setoran modal proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dan penguatan keuangan PT KAI.
Terakhir PMN untuk ID Food butuh tambahan Rp520 miliar pada 2023. PMN yang diajukan Erick untuk holding BUMN pangan untuk melakukan investasi dalam rangka mendukung kebutuhan pangan nasional.