Jakarta, IDN Times - Indonesia memegang presidensi G20 2022. Kegiatan di berbagai lini bergerak sejak awal Desember 2021. Salah satunya adalah berkaitan dengan pemberdayaan perempuan. Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu, G20 Presidensi Indonesia resmi memulai Women20 (W20) dan inisiatif EMPOWER.
Pada acara kick-off tanggal 22 Desember 2021 secara virtual, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, resmi membuka rangkaian kegiatan W20 dan EMPOWER, disaksikan perwakilan W20 dan EMPOWER dari seluruh anggota G20, seperti Turki, India, Argentina, Jepang, AS, dan Arab Saudi. Mereka mewakili berbagai kalangan, baik pengusaha, seniman, birokrat, parlemen, pemda, akademisi, hingga organisasi sosial kemasyarakatan.
Dalam sambutannya, Menteri PPPA menyampaikan bahwa posisi Indonesia pada G20 akan menaruh perhatian pada keterlibatan peran perempuan dan kelompok marjinal.
“Keterlibatan peran perempuan dan kelompok marjinal menjadi perhatian utama dalam kepemimpinan Indonesia dalam G20. Kami percaya melalui kerja sama global ini, tantangan yang dihadapi perempuan, terutama dalam menghadapi dampak di masa pemulihan pasca-COVID-19, dapat terfasilitasi melalui kolaborasi antara banyak pihak, yakni pemerintah, pemerintah daerah, sektor swasta, lembaga internasional, CSO akademisi, dan stakeholders lainnya,” kata Bintang, dalam keterangan tertulisnya pada 24 Desember 2021 lalu.
Turut berbicara dalam acara kick-off ini yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Mereka menyampaikan pandangan tentang pemberdayaan perempuan dunia. Menkeu menekankan peran penting perempuan dalam mendukung kekuatan dan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Perempuan juga berperan untuk menggerakan sumber pertumbuhan untuk pemulihan dunia.
“Perempuan dalam berbagai dimensi masih sangat terbatas ruang gerak untuk memaksimalkan potensinya. Itu sebabnya berbagai kebijakan disesuaikan untuk memberikan kesempatan lebih luas bagi perempuan,” kata Sri Mulyani.
Menlu Retno menyampaikan perlunya penciptaan lingkungan yang kondusif untuk memberikan kesempatan setara bagi perempuan berkontribusi. Dia memberi contoh sejumlah langkah konkret Indonesia di tingkat global, termasuk peluncuran Southeast Asian Network of Women Peace Negotiators and Mediator, misi women peacekeepers, dan pendirian Afghanistan-Indonesia Women's Solidarity Network, untuk mendorong kontribusi perempuan di bidang peacebuilding dan ekonomi.
Di program “Ngobrol Seru” by IDN Times, dalam rangka Hari Perempuan Internasional, Maret 2021, Retno menyampaikan, “Untuk Afghanistan ini Indonesia memiliki kredensial yang baik untuk bicara mengenai women empowerment, karena kita tahu kita ini adalah negara dengan penduduk muslim paling besar di dunia, tetapi kita juga cukup maju dalam isu pemberdayaan perempuan.”
Apa sebenarnya W20, salah satu pilar G20 dan apa bedanya dengan EMPOWER?