Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa. (Onlanka)
Mengutip Channel News Asia, Kamis (23/6/2022), negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam cengkeraman krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah, setelah kehabisan devisa untuk membiayai impor, bahkan termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Sri Lanka menghadapi rekor inflasi tinggi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan. Hal itu turut menyebabkan protes selama berbulan-bulan, bahkan tak jarang disertai kekerasan. Publik meminta Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mundur.
Ribuan mahasiswa berbaris di jalan-jalan Kolombo pada Senin lalu, sambil meneriakkan protes kepada Presiden Gotabaya yang dituduh telah melakukan korupsi dan mismanajemen terhadap negara.
"Waktu bagi Gotabaya untuk bersujud dengan bermartabat sudah lama berlalu. Sekarang, kami harus mengusirnya," kata ketua mahasiswa Wasantha Mudalige kepada wartawan.