Sektor pariwisata Jepang telah babak belur di tengah kebijakan kontrol perbatasan yang ketat, imbas pandemik COVID-19. Kebijakan yang telah diberlakukan selama lebih dari dua tahun tersebut, menuai kritik dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri.
Hal ini pun memantik Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia untuk bangkit melakukan pemulihan. Terhitung sejak Maret awal tahun ini, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida menaikkan batas harian kedatangan luar negeri secara bertahap, termasuk untuk pebisnis, pelajar, trainee praktek kerja dan lainnya yang masuk dengan tujuan bukan untuk pariwisata.
Lalu, pada Juni untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, secara resmi Jepang izinkan turis untuk masuk meski hanya sekitar 8.000 turis yang tiba hingga Juli. Hingga kini, Jepang masih menangguhkan pembebasan visanya, di mana jika turis asing ke Jepang harus mengajukan permohonan visa yang secara teknikal memakan waktu lima hari untuk dikeluarkan.
Lain hal dengan negara tetangganya, yakni Korea Selatan (Korsel) yang baru-baru ini memberikan perpanjangan bebas visa bagi warga negara Jepang hingga akhir Oktober, dilansir Kyodo News.
Sebelum krisis kesehatan global COVID-19 melanda, Negeri Sakura telah memiliki perjanjian bebas visa dengan hampir 70 negara, seperti negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), dan banyak negara Asia lainnya.