IDN Times/Axel Jo Harianja
Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Offiver (CEO) Go-Pay Aldi Haryopratomo mengatakan, DNA Gojek yang berfokus pada dampak sosial juga tercermin di Go-Pay. Yaitu dengan cara merangkul jutaan keluarga Indonesia untuk memanfaatkan layanan keuangan digital serta membuka akses ke layanan perbankan.
Menurut Aldi, sejak diperkenalkan kepada publik, pertumbuhan transaksi Go-Pay di luar layanan Gojek naik hingga 25 kali lipat. Pertumbuhan signifikan itu kata Aldi menjadikan Go-Pay sebagai layanan uang elektronik yang paling banyak digunakan di Indonesia berdasarkan riset 3 lembaga yang berbeda.
Riset Financial Times Confidential tahun 2018 menempatkan 75 persen responden memanfaatkan Go-Pay. Riset Daily Social & Jakpat tahun 2018 juga menemukan bahwa Go-Pay menjadi uang elektronik terpopuler dengan 79 persen responden, sedangkan Riset YouGov tahun 2019 menyatakan 80 persen responden menggunakan Go-Pay.
“Keberhasilan Go-Pay memenangkan hati masyarakat Indonesia karena kami hadir menawarkan layanan komprehensif dalam keseharian masyarakat. Tidak hanya bagi pengguna, tapi juga bagi mitra pengemudi dan rekan usaha. Kami ada dari mulai bangun tidur, berangkat kerja, pesan makan siang hingga malam. Kami hadir di manapun, kapanpun,” jelas Aldi.
Diketahui, Saat ini, Go-Pay telah bermitra dengan 28 institusi keuangan, serta telah diterima di lebih ratusan ribu rekan usaha di 370 kota di Indonesia.
“Semangat kami adalah kolaborasi. Go-Pay sangat terbuka akan peluang kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun institusi keuangan untuk memaksimalkan akselerasi nontunai di Indonesia.” ujar Aldi.