Ilustrasi cryptocurrency. (IDN Times/Aditya Pratama)
Chainalysis menyatakan jumlah peretasan terkait Korea Utara meningkat pesat tahun lalu. Namun, Korea Utara sering membantah terlibat serangan peretasan yang dikaitkan dengan mereka.
“Dari 2020 hingga 2021, jumlah peretasan yang terkait dengan Korea Utara melonjak dari empat menjadi tujuh, dan nilai yang dikumpulkan dari peretasan ini tumbuh sebesar 40 persen,” kata Chainalysis dalam sebuah laporan, dikutip dari BBC, Sabtu (15/1/2022).
Chainalysis mengatakan para peretas melakukan aksinya menggunakan sejumlah teknik, termasuk umpan phishing, eksploitasi kode, dan malware untuk menyedot dana dari dompet “panas” organisasi, hingga kemudian memindahkannya ke alamat yang dikendalikan Korea Utara.
Dompet panas cryptocurrency terhubung ke internet dan jaringan cryptocurrency, sehingga rentan terhadap peretasan. Dompet ini digunakan untuk mengirim dan menerima cryptocurrency, dan memungkinkan pengguna untuk melihat berapa banyak token yang mereka miliki.
Untuk menjaga keamanan, banyak ahli merekomendasikan untuk memindahkan cryptocurrency dalam sejumlah besar yang tidak diperlukan, untuk kegiatan sehari-hari ke dompet “dingin”, yang terputus dari internet.