Ilustrasi penurunan nilai saham. (IDN Times/Arief Rahmat)
Kenaikan emas terjadi seiring dengan koreksi tajam di pasar saham. Indeks S&P 500 mengalami penurunan lebih dari 10,1 persen dalam 20 hari terakhir setelah mencapai rekor tertinggi 6.144,15 pada 19 Februari 2025. Koreksi ini merupakan yang tercepat keenam sejak 1950.
Sementara itu, Nasdaq Composite anjlok 14,2 persen sejak puncaknya pada 16 Desember 2024, dan Dow Jones Industrial Average turun 9,4 persen dari level tertinggi pada 4 Desember 2024.
“Tak ada tempat untuk berlindung selain memarkir uang tunai ke logam mengilap yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa,” ujar Robert Yawger dari Mizuho Securities USA dalam catatannya kepada investor, dikutip dari The Street.
Bagi investor yang ingin berpartisipasi dalam reli emas, terdapat beberapa opsi, termasuk membeli kontrak berjangka, ETF seperti SPDR Gold Shares, atau saham produsen emas seperti Newmont Mining, yang telah naik 22,6 persen sepanjang 2025.
Meskipun harga emas saat ini berada di level tertinggi sepanjang sejarah, pasar tetap waspada terhadap potensi spekulasi berlebihan, seperti yang terjadi pada 2011 ketika emas melonjak hampir 59 persen di tengah kekhawatiran inflasi. Dengan dinamika pasar yang terus berubah, investor kini mencermati langkah-langkah kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik untuk menentukan arah emas ke depan.