Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hasil Negosiasi Dagang RI-AS: Trump Minta Akses Mineral Kritis RI
Konferensi Pers Menko Airlangga Hartarto bersamaDuta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Indroyono Soesilo soal Tarif Dagang AS-Indonesia. (IDN Times/Triyan).

Intinya sih...

  • Perjanjian dagang RI-AS memberikan pengecualian tarif untuk komoditas unggulan

  • Finalisasi legal drafting perjanjian dilakukan pada paruh kedua Januari 2026

  • Tidak ada faktor lagi yang menghambat penandatanganan ARP

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomain Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia berhasil mendapatkan pengecualian tarif untuk beberapa komoditas unggulan dalam negosiasi lanjutan terkait tarif dagang Indonesia-Amerika Serikat.

Keputusan tersebut dianggap sebagai langkah strategis untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia, khususnya minyak sawit, kopi, dan teh, di pasar Amerika.

"Dan tentunya Amerika sangat berharap untuk mendapatkan akses terhadap critical mineral,” ujar Airlangga dalam konferensi pers secara daring, Senin (22/7/2025).

Critical minerals seperti nikel, kobalt, dan litium memiliki peran penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi terbarukan. Seiring dengan pergeseran global menuju energi yang lebih ramah lingkungan, permintaan akan mineral-mineral ini diperkirakan akan terus meningkat.

1. Pastikan perjanjian menguntungkan kedua belah pihak

Konferensi Pers Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto soal Finalisasi Tarif Dagang. (Dok/Triyan).

Menurut Airlangga, perjanjian ini tidak hanya menguntungkan salah satu pihak, tetapi menciptakan keseimbangan yang saling menguntungkan bagi kedua negara.

"Dan tentunya yang utama tentu memberikan keseimbangan bagi akses pasar untuk produk-produk di Amerika pada hal yang sama juga terkait dengan akses pasar bagi Indonesia ke Amerika. Tentunya AS memberikan pengecualian kepada tarif produk unggulan kita," tegasnya.

Meskipun kesepakatan ini memberi banyak manfaat bagi sektor-sektor tertentu, Airlangga menegaskan tidak ada kebijakan baru di Indonesia yang akan dibatasi oleh perjanjian ini. Indonesia tetap mempertahankan kebijakan domestik yang diperlukan untuk kepentingan ekonomi nasional.

"Perjanjian ini sifatnya komersial dan strategis dan menguntungkan kepada kepentingan kedua negara secara berimbang atau balance," tegasnya.

2. Finalisasi legal drafting akan dilakukan pada paruh kedua Januari

GAmbar Susunan Kata Donald Trump (https://www.pexels.com/id-id/foto/30918022/)

Airlangga memastikan proses finalisasi legal drafting perjanjian dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) akan dilanjutkan pada pekan kedua Januari 2026.

"Tim teknis kedua negara dijadwalkan kembali bertemu pada minggu kedua Januari 2026, dengan target penyelesaian legal drafting dan clean up dokumen dalam waktu sekitar satu minggu, yakni secara tentatif pada 12–19 Januari 2026," ujar Airlangga.

Setelah seluruh proses teknis tersebut rampung, dokumen perjanjian ditargetkan dapat disiapkan untuk ditandatangani sebelum akhir Januari 2026 oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Saat ini, Amerika Serikat masih mengatur waktu yang tepat untuk pertemuan kedua kepala negara.

Airlangga menjelaskan, secara substansi utama, dokumen Agreement on Reciprocal Tariffs (ART) pada prinsipnya telah disepakati oleh kedua negara. Namun, sejumlah aspek teknis masih perlu dirampungkan melalui proses legal drafting.

"Seluruh isu substansi dalam dokumen ART, baik isu utama maupun teknis, pada dasarnya sudah disepakati kedua belah pihak. Tahap selanjutnya adalah penyusunan bahasa hukum serta penyelesaian teknis lanjutan," ujar Airlangga.

3. Tidak ada faktor lagi yang menghambat penandatangan ARP

Infografis Tarif Ekspor RI ke AS Salah Satu Terendah di ASEAN (IDN Times/Aditya Pratama)

Ia menjelaskan perundingan terkait Agreement on Reciprocal Trade (ARP) antara Indonesia dan Amerika Serikat yang dimulai pada 17 Juli, telah berhasil mencapai kesepakatan pada 22 Juli. Semua materi dan konten yang dibahas selama proses tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak. Alhasil, tidak ada lagi faktor yang dapat menghambat penandatanganan perjanjian ini.

"Jadi tidak ada lagi faktor yang bisa menghambat penandatanganan dari pada ARP ini," ungkapnya.

Seperti yang sering terjadi dalam pembahasan perjanjian internasional, Airlangga menyebut ada dinamika yang terjadi dalam proses perundingan terkait dengan harmonisasi bahasa. Hal ini, menurutnya, merupakan hal yang wajar dalam setiap proses negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

"Seperti biasa, dalam proses detail ini memang ada masalah harmonisasi bahasa yang perlu diselesaikan. Namun, ini merupakan hal yang wajar dalam setiap pembahasan untuk mencapai kesepakatan yang solid dalam ARP," jelas Airlangga.

Airlangga menegaskan fokus utama dari perjanjian ini adalah pada kesepakatan dagang timbal balik (reciprocal trade agreement), yang mengatur hubungan perdagangan antara kedua negara. Kesepakatan ini tidak mencakup hal-hal di luar perdagangan, sehingga tidak ada pembahasan terkait dengan sektor lainnya.

"Kami ingin menekankan kesepakatan yang tercapai hari ini adalah murni mengenai perdagangan timbal balik. Tidak ada pembahasan kesepakatan di luar itu, karena ini adalah komitmen kami untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat," katanya.

4. Dubes Indonesia untuk AS akan segera mempersiapkan kunjungan Presiden Prabowo ke AS pada akhir Januari

Konferensi Pers Menko Airlangga Hartarto bersamaDuta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Indroyono Soesilo soal Tarif Dagang AS-Indonesia. (IDN Times/Triyan).

Pada kesempatan yang sama, Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat, Indroyono Soesilo, menjelaskan pihaknya akan segera mempersiapkan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Amerika Serikat pada akhir Januari untuk menandatangani dokumen perjanjian Agreement on Reciprocal Trade (ART) antara Indonesia dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

"Kami dari Kedutaan Besar Amerika Serikat tengah counting down atau menghitung hari untuk persiapan kunjungan Bapak Presiden (Prabowo Subianto) yang akan dilakukan pada akhir Januari tahun 2026, sambil menunggu instruksi dari Jakarta nantinya agar kami sudah mulai bersiap-siap. Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan lancar dan insya Allah kalau nanti kesepakatan yang telah disepakati bisa langsung diimplementasikan," ungkapnya.

Editorial Team