Presiden RI Joko Widodo di APEC Business Advisory Council. (dok. BPMI Setpres RI)
Selain itu, Akbar juga mengapresiasi keberhasilan Jokowi membawa kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai 25,85 miliar dolar AS atau Rp400 triliun saat berkunjung ke Negeri Paman Sam itu karena bagaimanapun juga, pengusaha dan rakyat Indonesia yang merasakan hasilnya.
"Contohnya, dengan rencana peningkatan status hubungan bilateral dari strategic partnership menjadi comprehensive strategic partnership (CSP). Itu akan membuat kerja sama kedua negara semakin kuat, dan nantinya pertumbuhan ekonomi kita akan meningkat," kata Akbar.
Kemudian, rencana pembentukan critical mineral agreement (CMA). Jika perjanjian itu sudah terbentuk, Indonesia akan menjadi pemasok kebutuhan baterai di AS sehingga tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi produsen baterai terbesar di dunia.
Baik Jokowi dan Biden juga memandang pentingnya just energy transition partnership (JETP). Akbar menuturkan Indonesia juga terpilih sebagai salah satu mitra International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund milik AS. Dengan demikian, penguatan rantai pasok semikonduktor terbuka lebar.
Kemudian yang menarik, Jokowi juga mengingatkan Biden akan pentingnya perpanjangan generalized system of preferences (GSP) demi meningkatkan perdagangan Indonesia. GSP merupakan pembebasan tarif bea masuk yang diberlakukan AS untuk barang dari negara-negara berkembang.
AS juga komitmen memberikan dukungan terhadap Indonesia untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
"Bayangkan jika semuanya terealisasi. Perekonomian kita akan semakin kuat lagi. Kerja sama pengusaha akan banyak terjalin, lapangan pekerjaan akan semakin bertambah, dan akhirnya akan mensejahterakan rakyat," ujar Akbar.