Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
IMF juga memprediksi bahwa pemulihan akan tetap berbeda dan akan dibentuk oleh beberapa faktor termasuk tingkat vaksinasi COVID-19 dan harga minyak yang tinggi. “Tidak semua negara tumbuh dengan kecepatan yang sama, dan masalah masih membayangi,” kata Azour.
“Negara-negara kaya di kawasan ini dapat dengan cepat memvaksinasi populasi mereka terhadap COVID, sementara negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi pengiriman vaksin yang tertunda dan tidak merata,” tambahnya.
Laporan itu menjelaskan bahwa negara yang memiliki tingkat vaksinasi lebih tinggi akan lebih tahan terhadap munculnya varian baru.
“Kami tidak akan melihat tingkat vaksinasi yang baik sebelum pertengahan 2022, yang juga akan merugikan pertumbuhan regional secara keseluruhan,” kata Azour.
Dia juga mengatakan harga minyak akan menguntungkan eksportir tetapi meningkatkan inflasi, yang akan merugikan mereka yang berpenghasilan rendah. Minyak mentah berjangka AS naik 0,7 persen menjadi 83,02 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent naik 0,56 persen dan diperdagangkan pada 84,80 dolar AS per barel pada Selasa sore di Asia.