Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri India, Narendra Modi dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (twitter.com/PMOIndia)
Perdana Menteri India, Narendra Modi dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (twitter.com/PMOIndia)

Jakarta, IDN Times - India dikabarkan telah menggandakan pembelian minyak mentah asal Rusia, meskipun negaranya sudah diperingatkan Amerika Serikat agar tak memanfaatkan situasi Perang Ukraina-Rusia. 

Penyulingan minyak yang dikelola India saat ini, merupakan hasil kesepakatan yang dinegosiasikan secara pribadi, menurut pejabat dan pedagang kilang India. Itu bukan pembelian melalui tender publik untuk mendapatkan harga yang lebih baik.

India sempat mengalami krisis ketersediaan minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di sana. Adanya berbagai sanksi kepada Rusia, pengurangan, dan penghentian impor minyak dari Rusia oleh negara-negara Barat, menjadi kesempatan emas bagi India agar mendapatkan minyak dengan harga murah. 

1. AS dikabarkan siap bantu penuhi kebutuhan minyak di India

Presiden AS Joe Biden saat mendapatkan vaksin booster kedua (twitter.com/POTUS)

India memiliki hubungan yang baik dengan Rusia, termasuk impor senjata dan pembelian minyak. Adanya sanksi-sanksi oleh Barat membuat harga minyak Rusia jatuh. Pemerintah Rusia sempat mengatakan siap menjual minyaknya dengan harga terjangkau. 

Melihat peluang ini, India menjalin komunikasi secara intens dengan Rusia terkait kerja sama ekspor-impor minyak, tulis Bloomberg. Di sisi lain, Presiden Joe Biden pekan lalu mengatakan kepada Perdana Menteri Narendra Modi bahwa AS siap membantu India mendiversifikasi impor energinya. 

AS juga telah memperingatkan India agar tidak bersekutu dengan Rusia. Perang telah mengipasi inflasi dan mendorong patokan minyak berjangka di atas 100 dolar AS per barel yang mempengaruhi harga komoditas-komoditas lainnya. 

2. India sudah siapkan pembelaan untuk beli minyak dari Rusia

Bendera Rusia dan Bendera India (india-briefing.com)

Pemerintah India telah mempersiapkan pembelaan untuk membeli minyak Rusia. India mengatakan apa yang dibeli dari Rusia dalam sebulan terakhir ternyata kurang dari apa yang dibeli Eropa dari Rusia.

India telah mengambil keuntungan dari potongan harga untuk meningkatkan impor minyak dari Rusia. India diyakini tetap akan menjalin hubungan dagang dengan Rusia terlepas dari peringatan oleh negara-negara Barat. 

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss juga mendesak India untuk mengurangi ketergantungannya pada Rusia, dilansir BBC. Dalam kunjungan menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, menuju India, dia mengatakan siap bekerja sama dengan India. 

Lavrov mengatakan kepada rekan-rekannya di India bahwa Rusia bersedia untuk membahas barang apa pun yang ingin dibeli India dan mendesak agar pembayaran dilakukan dalam rubel.

3. Rusia berikan diskon besar-besaran untuk komoditas minyak India

bendera negara Rusia(freepik.com/jannoon028)

Rusia telah menawarkan minyak mentah ke India dengan diskon besar-besaran, yaitu seharga 35 dolar AS per barel untuk harga sebelum perang. Rusia menawarkan minyak kelas Ural ke India untuk mendorong India membeli lebih banyak minyak dari Rusia.

Pada saat harga minyak mentah Brent telah melayang di atas 100 dolar AS, kesepakatan pembelian minyak dengan Rusia berarti membuat harga minyak di India lebih murah, tulis Outlook India.

Sementara India mengimpor 80 persen dari kebutuhan minyak mentahnya, pada tahun 2021, negara itu hanya membeli 12 juta barel minyak mentah dari Rusia. Angka tersebut merupakan hanya 2 persen dari total impornya untuk komoditas tersebut.

Di sisi lain, impor dari negara-negara Timur Tengah menyumbang 52,7 persen dari keranjang impor India. Ada juga negara-negara Afrika dan AS yang masing-masing menyumbang 15 persen dan 14 persen dari impor minyak di India. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team