pexels.com/Frans Van Heerden
Maka dari itu, Profesor Toby Peters dari Universitas Birmingham dan Universitas Heriot-Watt sekaligus Direktur Pusat Pendinginan Berkelanjutan mengatakan bahwa rantai dingin adalah infrastruktur penting bagi masyarakat dan perekonomian.
"Infrastruktur rantai dingin dan kurangnya infrastruktur mempunyai implikasi terhadap perubahan iklim global dan lingkungan hidup," kata Peters.
Peristiwa yang disebabkan oleh perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, dan gelombang panas dapat mengurangi hasil panen serta membahayakan kesehatan dan produktivitas ternak.
Namun, membekukan makanan dapat melindungi sumber makanan dan nilai gizinya selama berbulan-bulan di tengah krisis tersebut.
Joint the Move to -15°C menjadi inisiatif untuk menciptakan transisi yang adil, menerapkan teknologi penyimpanan yang dapat diakses secara global untuk membekukan makanan pada suhu yang berkelanjutan guna mengurangi kelangkaan pangan bagi komunitas rentan dan maju.
Peters mengatakan, PBB memperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 9,7 miliar pada 2050. Untuk menjamin aksesibilitas pangan, perlu adanya penutupan kesenjangan 56 persen dalam pasokan pangan global antara apa yang diproduksi pada tahun 2010 dan apa yang dibutuhkan pada tahun 2050.
"Memotong emisi rantai dingin dan mengubah cara makanan disimpan dan dipindahkan dengan aman saat ini membantu memastikan kita dapat terus memberikan makanan secara berkelanjutan kepada masyarakat di seluruh dunia seiring meningkatnya populasi dan suhu global, serta melindungi sumber makanan bergizi untuk tahun-tahun mendatang," papar Peters.
“Berdasarkan penelitian ini, koalisi DP World juga dapat menjadi alat utama untuk mengatasi tantangan pangan saat ini, dengan menyediakan persediaan makanan berkualitas yang stabil bagi 820 juta orang yang kelaparan di seluruh dunia dan keamanan bagi 2 miliar lainnya yang berjuang melawan kelangkaan pangan," sambung dia.