Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra melihat pergerakan dolar AS tak akan terlalu menekan kurs rupiah. Namun, pelemahan rupiah diprediksi akan tetap terjadi akibat sentimen negatif terhadap inflasi akibat kenaikan harga pangan.
“Isu dalam negeri mungkin masih menjadi sentimen negatif untuk rupiah, seperti isu inflasi yang meninggi karena pangan dan isu twin deficit,” ucap Ariston kepada IDN Times.
Hal serupa juga diprediksi oleh analis pasar uang, Lukman Leong. Dia mengatakan, sentimen negatif itu pun turut mengerek imbal hasil alias yield obligasi Indonesia.
“Rupiah diperkirakan masih tertekan terhadap dolar AS oleh kekhawatiran naiknya inflasi menjelang bulan puasa dan Lebaran. Hal ini membawa imbal hasil obligasi Indonesia naik ke level tertinggi dalam hampir tiga minggu,” ucap Lukman saat dihubungi IDN Times.