Menkeu, Sri Mulyani (IDN Times/Auriga Agustina)
Pada sisi anggaran, konsumsi Rumah Tangga sudah membaik dari triwulan sebelumnya minus 5,5 persen menjadi -4 persen dibanding tahun lalu. Hal ini didukung belanja perlindungan sosial dari pemerintah yang meningkat drastis.
Kedua, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) mengalami peningkatan dari minus 8,6 persen pada triwulan II menjadi minus 6,5 persen, dibanding tahun lalu pada triwulan III.
"Peningkatan PMTDB didukung berbagai indikator investasi, seperti penjualan semen, penjualan kendaraan niaga dan impor barang modal, yang telah mengalami perbaikan meskipun masih di zona kontraktif. Komponen bangunan masih sedikit melambat walau pun keberlanjutan proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda sudah mulai kembali berjalan," kata Sri Mulyani.
Ketiga, tren perbaikan kinerja ekonomi nasional, konsumsi dan investasi yang diharapkan akan terus meningkat seperti tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia dan data penjualan ritel.
PMI Manufaktur Indonesia pada triwulan III naik ke level 48,3, setelah sempat turun tajam pada triwulan II pada level 31,7. Indeks Penjualan Riil juga pulih dengan tumbuh minus 9,6 persen dibanding kinerja pada triwulan II, yang terkontraksi dalam hingga minus 18,2 persen.
"Berbagai kebijakan baik dari fiskal, moneter, dan sektor keuangan yang berupa relaksasi, insentif, dan kemudahan diharapkan mampu mendorong proses pemulihan ekonomi dan peningkatan investasi secara lebih cepat," ujar Sri Mulyani.
Konsumsi pemerintah tumbuh tinggi mencapai 9,8 persen, terutama didorong kebijakan countercyclical melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Belanja negara memberikan kontribusi pemulihan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya dalam komponen konsumsi pemerintah, tetapi juga dalam komponen konsumsi rumah tangga melalui belanja berbagai bantuan sosial dan subsidi.
Sisanya, seperti belanja modal, memberikan kontribusi pada komponen investasi yang dilakukan pemerintah.