Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sr. Strategy & Business PINTU Jonathan Hartono
Sr. Strategy & Business PINTU Jonathan Hartono. (Dok. PINTU)

Intinya sih...

  • ETF, stablecoin, dan RWA diprediksi menggerakkan industri kripto

  • RWA dinilai mampu mendorong inklusi investasi di Indonesia

  • Industri masih fase awal dan investor harus tetap waspada

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PT Pintu Kemana Saja (PINTU) memaparkan tiga narasi besar yang diperkirakan mempengaruhi arah industri kripto dalam beberapa tahun mendatang, pada ajang Web3 Week Asia 2025.

Dalam sesi diskusi bertema The Crypto Narratives of 2026, Sr. Strategy & Business PINTU Jonathan Hartono mengungkapkan deretan narasi kunci industri kripto.

“Melihat narasi di kripto sebenarnya kita sudah mendapatkan banyak clue tiga tahun ke belakang ini, di mana beberapa infrastruktur dan regulasi sudah di-unlock, di antaranya Exchange-Traded Fund (ETF), GENIUS Act atau narasi stablecoin, dan terakhir tokenisasi di Real-World Asset (RWA),” katanya.

1. ETF, stablecoin dan RWA diprediksi menggerakkan industri kripto

ilustrasi kripto (IDN Times/Aditya Pratama)

Jonathan menjelaskan, persetujuan produk spot Bitcoin ETF di Amerika Serikat pada awal 2024 menjadi salah satu pemicu penting perkembangan industri. Arus masuk dana ke produk tersebut tercatat menembus lebih dari 5,9 miliar dolar AS pada Oktober 2025.

Dia juga menyoroti pengesahan regulasi stablecoin GENIUS Act di Amerika Serikat yang dinilai membuka peluang munculnya infrastruktur baru dan perluasan penggunaan stablecoin dalam sistem finansial global pada 5-10 tahun mendatang.

"Entah dari cara saving atau melakukan spending, yang pasti kita harus ikut beradaptasi akan perubahan tersebut karena inovasi, kunci, dan dorongannya sudah ada," ujarnya.

Selain itu, Jonathan melihat potensi signifikan dari tokenisasi aset dunia nyata atau RWA, khususnya setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai mengkaji regulasi terkait.

"Early adopters sudah mulai bergerak dan melirik tokenisasi ini dan kita berharap ke depan sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya ini bisa ditokenisasi dan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," kata dia.

2. RWA dinilai mampu mendorong inklusi investasi di Indonesia

ilustrasi kripto (IDN Times/Aditya Pratama)

Dikutip dari Pintu Academy, RWA atau aset dunia nyata dijelaskan sebagai aset berwujud yang dapat diubah menjadi token dan dimanfaatkan dalam ekosistem keuangan terdesentralisasi. Aset yang dapat ditokenisasi mencakup obligasi, properti, uang, hingga komoditas.

Proses tokenisasi dinilai memberikan sejumlah manfaat, seperti meningkatkan likuiditas, memperluas akses investasi, mempermudah penentuan harga, menekan biaya pengelolaan, serta menawarkan transparansi transaksi.

Publikasi OJK melalui e-magazine Beyond Infinity Tokenisasi Real World Assets pada Juni 2025 menyebutkan, tokenisasi RWA berpotensi memperkuat inklusi investasi, mulai dari transisi energi hingga pengembangan stablecoin sebagai bagian dari ekosistem keuangan digital.

Laporan InvestaX menunjukkan, nilai pasar tokenisasi RWA telah menembus lebih dari 30 miliar dolar AS pada kuartal III-2025, didorong oleh produk seperti kredit swasta, obligasi Amerika Serikat, dan komoditas.

3. Industri masih fase awal dan investor harus tetap waspada

ilustrasi kripto (unsplash.com/Kanchanara)

Jonathan menilai, ketiga narasi utama di industri crypto belum akan sepenuhnya terasa dalam waktu dekat, namun diperkirakan memberi gambaran yang lebih jelas dalam beberapa tahun ke depan.

"Kuncinya sudah terbuka, kita masih ada di fase early adopters, dan seiring waktu publik akan semakin mampu membaca ke mana arah industri bergerak," katanya.

Dia menjelaskan, perkembangan infrastruktur sudah mulai terbuka dan industri saat ini masih berada pada tahap awal adopsi. Seiring meningkatnya pemahaman publik terhadap arah pergerakan pasar, ia mengingatkan investor tetap perlu memiliki bekal yang cukup.

"Para investor tetap perlu membekali diri dengan melakukan riset mandiri, mengedukasi diri, dan menerapkan manajemen risiko yang disiplin agar tetap aman dalam menghadapi dinamika pasar," ujarnya.

Editorial Team