Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret peron di Stasiun Osaka atau Osaka City Station, Jepang. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Potret peron di Stasiun Osaka atau Osaka City Station, Jepang. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • Masyarakat selalu diutamakan dalam pembangunan infrastruktur transportasi umum Jepang

  • Keterlibatan swasta juga terus didorong dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi umum di Jepang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Osaka, IDN Times - Saat Indonesia masih berupaya menambah pembangunan infrastruktur untuk transportasi umum, Jepang kini fokus memperbaiki fasilitas untuk memanjakan pejalan kaki.

Hal itu dirasakan langsung oleh saya, Vadhia Lidyana, jurnalis IDN Times selama melakukan studi perkeretaapian Jepang melalui MRT Jakarta Fellowship Program (MFP) 2025.

Dari sisi jangkauan sistem perkeretaapian, jelas Indonesia tertinggal jauh. Data Pemerintah Prefektur Osaka menunjukkan, bentang jalur kereta di seluruh Jepang mencapai 27.700 kilometer (km). Sementara, berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jalur kereta api aktif di Indonesia baru mencapai 6.945 km.

Data itu tak mengherankan, sebab Jepang sudah mengoperasikan kereta api sejak 1872 atau 153 tahun lalu.

Ada dua titik berat kesuksesan transportasi umum Jepang, yakni keterlibatan masyarakat dan investasi swasta.

1. Masyarakat selalu diutamakan

Namba Plaza, kawasan transit oriented development (TOD) di Kota Namba, Prefektur Osaka, Jepang. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Dari rakyat untuk rakyat. Itulah yang menjadi kunci utama kesuksesan transportasi umum Jepang.

Dukungan masyarakat pada proses pembangunan infrastruktur transportasi di Jepang selalu mengiringi. Hasilnya, infrastruktur yang dibangun memang menjawab kebutuhan masyarakat.

Misalnya di Kota Namba, khususnya pembangunan dan pengembangan Stasiun Namba oleh Nankai Electric Railway Co, Ltd. Perusahaan menyatakan, setiap dua pekan sekali, dilakukan pertemuan dengan pemerintah setempat dan komunitas masyarakat lokal untuk mengevaluasi layanan, sarana dan prasarana yang dikelola Nankai.

Hal itu diungkapkan oleh Division of Community Development & Promotion Greater Namba Creation Department Nankai Electric Railway Co., Ltd., Inamoto Ai.

"Jadi untuk pengembangan Namba ini memang ada kekhususan, ya. Jadi bukannya dari pihak swasta itu memberikan ide kepada penduduk lokal, malah sebaliknya penduduk lokal itu yang memberikan ide kepada pihak swasta dan pihak swasta itu ikut membantu untuk mewujudkan ide dari penduduk lokal," ujar Inamoto pada Senin, (10/11/2025).

2. Tak lagi mengandalkan anggaran negara

Kantor Osaka Prefectural Government, Selasa (11/11/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Di Jepang, operator transportasi umum, terutama kereta mayoritas adalah perusahaan swasta. Investasi swasta mempercepat pembangunan infrastruktur kereta di Jepang.

Direktur Traffic Planning Division/Traffic Strategy Office, Department of Urban and Public Works, Osaka Prefectural Government, ETO Ryosuke mengatakan, Indonesia bisa mencontoh skema ini untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kereta api.

"Yang kita ingin supaya Indonesia tiru itu adalah skema investasi bisnis. Kalau selama ini seperti contohnya MRT Jakarta itu dimiliki oleh Pemda. Jadi untuk ke depannya mungkin Indonesia itu bisa mencoba skema investasi gabungan antara pemerintah daerah dengan swasta," kata ETO di kantor Pemerintah Prefektur Osaka, Selasa (11/11/2025).

Nankai menjadi salah satu operator swasta yang menjadi tujuan pembelajaran sistem perkeretaapian selama saya di Osaka.

Manager of Community Development & Promotion Greater Namba Creation Department Nankai Electric Railway Co., Ltd., Komada Naoki, mengatakan, pada pengembangan Stasiun Namba, perusahaan melakukan investasi besar-besaran. Adapun dukungan pemerintah berbentuk pengadaan lahan.

Sementara itu, biaya operasional perusahaan berasal dari pendapatan penyelenggaraan event dan iklan digital yang ada di seluruh area yang dioperasikan Nankai.

"Untuk anggaran keamanan, seperti satpam, kemudian kebersihan itu hasil dari event, dan iklan digital," kata Komada.

3. Dampak sosial dari ketersediaan transportasi umum harus menjadi pegangan

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Osaka, John Tjahjanto Boestami. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Pada MRT Jakarta Fellowship Program 2025, saya juga diberikan kesempatan untuk mengunjungi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka di Nakanoshima.

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Osaka, John Tjahjanto Boestami, mengatakan, untuk mencontoh kesuksesan Osaka dalam mengembangkan transportasi umum adalah dengan berpegangan pada dampak positif sosial dari setiap infrastruktur yang dibangun.

"Jadi pada saat yang bersamaan kehidupan di pusat-pusat ekonomi itu juga bisa bergerak dan memang transportasi ini sangat membantu pergerakan yang efisien," ucap John.

Pesatnya pengembangan moda transportasi, diiringi dengan integrasi dengan berbagai fasilitas umum, pada akhirnya akan memudahkan kehidupan masyarakat sehari-hari.

"Orang Jepang rata-rata mungkin punya mobil ya. Tetapi ketika kita mau bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, within city limit, di Osaka misalnya, kota besar, itu akan sangat memudahkan ketika kita bergerak dengan memakai transportasi umum," kata John.

John mengatakan, meski penduduk Osaka padat, keberadaan sistem transportasi yang terintegrasi mampu mengatasi hal itu.

Dia mengatakan, kondisi ini cocok untuk dijadikan pembelajaran bagi Indonesia, terutama Jakarta,

"Jadi sekalipun jumlah penduduknya banyak, besar, rasanya tidak padat.Kenapa? Karena pergerakan itu sangat mudah dilakukan dan sangat efisien," kata John.

Editorial Team