Lukman memperkirakan penguatan rupiah kemungkinan terbatas karena investor menantikan data Non-Farm Payrolls (NFP) di AS, yang merupakan laporan bulanan yang diterbitkan Departemen Tenaga Kerja AS.
Laporan tersebut mengukur perubahan jumlah pekerjaan di luar sektor pertanian di Amerika Serikat.
"Penguatan akan terbatas, investor menantikan data tenaga kerja AS NFP malam ini," tambah Lukman.
Ariston juga memperkirakan penguatan rupiah akan terbatas. Menurutnya, pasar kembali masuk ke aset berisiko hanya sementara. Sebab, bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) masih berpotensi mendongkrak suku bunga.
"The Fed tidak mengesampingkan kemungkinan akan menaikan suku bunga acuannya lagi. Inflasi AS masih belum turun ke target 2 persen dan ekonomi AS terlihat masih solid," ujarnya.
Ekonomi solid AS terlihat dari data pesanan pabrik AS periode September yang dirilis semalam mengalami kenaikan 2,8 persen, lebih bagus dari kenaikan bulan sebelumnya 1 persen.
Oleh karena itu, sentimen kenaikan suku bunga atau suku bunga tinggi AS bisa kembali menghantui pasar keuangan. Belum lagi konflik yang masih berlangsung di Palestina dan Ukraina. Menurutnya, itu bisa mendorong pelaku pasar masuk lagi ke aset dolar AS.
"Malam ini, pemerintah AS akan merilis data penting yaitu sekumpulan data tenaga kerja seperti Non Farm Payrolls, tingkat pengangguran dan tingkat upah per jam sehingga pasar mungkin akan mengantisipasinya sebelum data dirilis yang bisa menahan pelemahan dolar AS," tambah Ariston.