Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi transaksi aset kripto (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi transaksi aset kripto (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Perkembangan investor ritel Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat selama beberapa tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pemilik dompet elektronik atau e-wallet yang mencapai lebih dari 6,7 juta pengguna per Agustus 2022.

Chief of Special Projects Pluang, Ronny Hutahaean menyebut, peningkatan tersebut salah satunya dipicu oleh keberhasilan sistem QRIS yang dikembangkan Bank Indonesia (BI).

“Kami juga mencermati, berbagai produk investasi yang sebelumnya sulit diakses dan mahal, namun kebanyakan masyarakat sekarang semakin dipermudah oleh kehadiran berbagai platform,” ungkap Ronny dalam acara Diskusi Publik KADIN BPKD “Transformasi Digital sebagai Pendorong Pertumbuhan Literasi Keuangan” di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (31/8/2022).

1. Investor ritel diharapkan dapat menggerakkan ekonomi nasional

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) perkembangan jumlah investor ritel pasar kripto hingga saat ini mencapai 12 juta investor. Kemudian, dari sisi investor ritel pasar modal, jumlahnya mencapai sekitar 7,5 juta investor pada 2021 lalu.

“Harapannya penguatan investasi ritel ini bisa menjadi penggerak kunci bagi perekonomian nasional,” kata Ronny.

2. Mayoritas investor ritel Indonesia masih pemula

Ilustrasi kerja sama dengan investor (Pexels/fauxels)

Ronny memaparkan, sekitar 60 persen investor ritel Indonesia berusia di bawah 30 tahun yang merepresentasikan generasi Z dan millennial. Selain itu, penghasilan para investor ritel tersebut diketahui mencapai 15 juta per bulan.

“Kebanyakan dari mereka juga merupakan pemula dengan pengalaman berinvestasi kurang dari 3 tahun. Bahkan 41 persen dari konsumen fintech itu masih masuk dalam golongan underserved ataupun unbanked,” jelas Ronny.

3. Pembelian produk investasi mulai beralih ke aplikasi online

ilustrasi aplikasi-aplikasi (pixabay.com/JESHOOTS-com)

Menurut Ronny, saat ini terjadi pergeseran yang substansial dalam hal preferensi investor ritel. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya pembelian produk seperti reksadana maupun obligasi kebanyakan dilakukan melalui tradisional channel seperti bank, perusahaan sekuritas, ataupun manajer investasi.

“Nah yang terjadi belakangan ini adalah preferensinya shifting towards aplikasi online,” ujarnya.

Editorial Team