Jakarta, IDN Times - Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) menyoroti impor nikel yang dilakukan Indonesia dari Filipina. Hal tersebut dinilai sebagai sebuah ironi mengingat Indonesia menjadi pusat industri nikel dan baterai listrik dunia, dan menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar di bumi.
Di sisi lain, Filipina merupakan negara dengan cadangan nikel jauh lebih kecil dari Indonesia. Ketua Umum FINI, Arif Perdana Kusumah, menilai fenomena tersebut bukan hanya ironis, tetapi juga menjadi sinyal penting bahwa laju pembangunan hilirisasi perlu diimbangi dengan penguatan kapasitas pasokan di hulu agar rantai industri nikel nasional tetap berjalan secara berkelanjutan.
“Perubahan masa berlaku RKAB dari tiga tahunan menjadi satu tahunan membawa tantangan besar. Dengan ratusan smelter yang terus bertambah, kebutuhan kuota tambang melonjak, sementara waktu perencanaan tambang menjadi lebih pendek. Akibatnya, potensi ketidakseimbangan antara produksi tambang dan kebutuhan industri semakin terasa. Di sinilah ironi mulai tampak jelas,” tutur Arif dalam keterangan resminya, Jumat (21/11/2025).
