Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. (twitter.com/Palazzo_Chigi)
Sejak Meloni mulai menjabat tahun lalu, dia telah menyatakan niatnya untuk menarik diri dari perjanjian yang diinisiasi oleh Presiden China Xi Jinping. Menurutnya, kesepakatan tersebut tidak membawa manfaat yang signifikan bagi negaranya.
Data Italia melaporkan bahwa pada tahun lalu, ekspor Italia ke China berjumlah 16,4 miliar euro (sekitar Rp274 triliun) dari 13 miliar euro (Rp217 triliun) pada 2019. Sebaliknya, ekspor China ke Italia meningkat menjadi 57,5 miliar euro (Rp961 triliun) dari 31,7 miliar euro (Rp529,8 triliun) pada periode yang sama.
Sementara itu, meski tidak menjadi bagian dari Belt and Road Initiative, mitra dagang Italia di Uni Eropa, seperti Prancis dan Jerman, mengekspor lebih banyak ke China pada tahun lalu.
Di sisi lain, pemerintah Italia juga telah menunjukkan keraguannya terhadap pakta tersebut, meski menjadi bagian dari BRI. Pihaknya telah berulang kali mengambil sejumlah langkah untuk memveto beberapa usulan pengambilalihan atau membatasi pengaruh perusahaan-perusahaan China, terhadap perusahaan-perusahaan Italia.
Pada Juni, kabinet Meloni membatasi pengaruh pemegang saham China, Sinochem, terhadap pembuat ban Italia Pirelli. Pihaknya menggunakan aturan 'golden power' yang dirancang untuk melindungi aset-aset strategis.