Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah dibuka melemah tipis pada awal perdagangan, Jumat (25/7/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah ke level Rp16,332,5 per dolar AS per dolar AS.

Rupiah tercatat melemah 37,50 poin atau 0,91 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.295 per dolar AS

1. Rincian mata uang di Asia bergerak variatif

Lebih rinci, rupiah tidak menguat sendirian karena semua mata uang di kawasan Asia ikut menguat terhadap dolar AS, beberapa di antaranya:

  • Ringgit Malaysia melemah 0,10 persen 

  • Bath Thailand melemah 0,17 persen 

  • Yuan China melemah 0,07 persen

  • Rupee India menguat 0,01 perssn 

  • Peso Filipina melemah 0,35 persen

  • Won Korea melemah 0,32 persen

  • Dolar Taiwan menguat 0,34 persen 

2. Rupiah akan melemah secara terbatas hari ini

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah kemungkinan akan terbatas oleh sentimen risk-on yang masih dominan, serta didukung oleh masuknya dana asing (inflow) ke pasar saham Indonesia.

"Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini menuju kisaran Rp16.350 per dolar AS, dengan potensi support di area Rp16.250 per dolar AS, setelah data klaim pengangguran AS dirilis lebih rendah dari perkiraan. Hal ini mengindikasikan sektor tenaga kerja yang masih kuat," tegasnya.

3. Pasar cermati perkembangan isu penghentian Ketua The Fed Jerome Powell

Menurutnya, kunjungan Donald Trump baru-baru ini ke kantor pusat Federal Reserve menarik perhatian pelaku pasar. Investor secara cermat mencermati berbagai perkembangan yang muncul dari pertemuan tersebut, termasuk sejumlah pernyataan yang disampaikan Trump.

Salah satu pernyataan yang cukup menonjol adalah indikasi penghentian wacana untuk mengganti Jerome Powell sebagai Ketua The Fed. Pasar menganggap ini sebagai sinyal potensi stabilitas kebijakan moneter ke depan.

"Investor mencernai perkembangannya dan pernyataan dari Trump yang diantaranya menghentikan pertimbangan untuk mengganti Powell," ungkap Ariston.

Editorial Team