Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anggota staf Tiongkok menyesuaikan bendera Amerika Serikat dan Tiongkok sebelum sesi pembukaan negosiasi dagang antara perwakilan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, Tiongkok, pada 14 Februari 2019. ANTARA FOTO/Mark Schiefelbein/Pool via REUTERS/File Photo

Jakarta, IDN Times – Hampir setahun yang lalu, Amerika Serikat dengan Tiongkok menandatangani perjanjian perdagangan “fase satu” yang diharapkan bisa menjadi solusi dari perang dagang kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Namun ternyata, Tiongkok masih belum memenuhi janjinya untuk membeli lebih banyak produk AS, seperti yang dimuat dalam kesepakatan itu.

Bahkan menurut data yang dikumpulkan oleh Peterson Institute for International Economics (PIIE), Tiongkok masih sangat jauh dari memenuhi komitmennya untuk membeli barang-barang Amerika.

1. Kesepakatan dagang

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara kepada wartawan di pesawat Air Force One saat ia kembali dari New Hampshire ke Washington, Amerika Serikat, Jumat (28/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

AS dan Tiongkok menandatangani kesepakatan dagang Fase I pada 15 Januari 2020. Langkah itu menjadi titik terang bagi perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung sejak 2018.

Menurut CNBC, inti dari perjanjian tersebut adalah komitmen China untuk membeli setidaknya 200 miliar dolar lebih banyak barang dan jasa AS selama dua tahun, atau selama tahun 2020 dan 2021.

Perang dagang AS-Tiongkok sendiri terjadi di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Presiden ke-45 AS itu menganggap Tiongkok telah merugikan AS lewat praktik dagangnya sehingga menjatuhkan serangkaian tarif impor.

Tiongkok yang tidak terima dengan langkah AS, terus-menerus membalas dengan menerapkan tarifnya sendiri, membuat kedua negara terlibat perang tarif bernilai ratusan miliar dolar AS.

2. Sulit bagi Tiongkok penuhi janji

Editorial Team

Tonton lebih seru di