JK Usul Tarif Wisata Pulau Komodo Rp1 Juta, Kuota 500 Orang per Hari

Jakarta, IDN Times - Taman Nasional Komodo jadi sorotan pariwisata internasional akibat kenaikan tarif Rp3,75 juta per orang bagi mereka yang ingin berwisata di Pulau Komodo dan Pulau Padar.
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Muhammad Jusuf Kalla mengatakan, dengan pemberlakuan tarif baru yang tinggi secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisata ke Labuan Bajo. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah untuk mengevaluasi harga baru tersebut.
“Karena itu tarif ini perlu dievaluasi. Dan saya usulkan tarfinya diturunkan, katakanlah 1 juta rupiah dan pengunjung dibatasi dengan kuota, misalnya 500 orang per hari. Jadi angka tersebut terukur dapat Rp500 juta tiap hari, dan perbulan bisa Rp15 milyar. lebih pasti,” kata JK lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (6/8/2022).
1. Kenaikan tarif wisata berdampak pada masyarakat sekitar
JK menjelaskan, Pulau Komodo saat ini sudah mendunia. Duta pemenangan Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia yang baru The New Seven Wonders 2012-2013 itu, menyebut kawasan tersebut sudah menjadi destinasi favorit yang menyedot ribuan wisatawan.
“Sementara pada sektor tersebut banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya. Perhotelan, kuliner, pelayaran, unit usaha usaha kecil masyarakat hingga nelayan penangkap ikan yang membantu memenuhi kebutuhan warga sekitar ikut terkena imbasnya,” kata JK.
2. Tarif baru juga akan berdampak pada penerbangan
Selain masyarakat sekitar yang sebagian besar memanfaatkan wisata Komodo, tarif baru ini juga akan berdampak terhadap penerbangan yang sebelumnya ramai, juga terancam kehilangan penumpang.
“Jadi itu kita turunkan tarif Rp1 juta dan kita batasi jumlah pengunjung sampai 500 hari tiap hari,” tegas Jusuf Kalla.
3. Wisatwan tidak akan datang jika ramai aksi demo
Dengan demikian kata JK, masyarakat tetap mendapat penghasilan, karena hotel dan restoran hidup. Serta, kota Labuan Bajo bisa ramai kembali.
“Kalau orang wisata seperti komodo itu orang datangnya mungkin hanya sekali seumur hidupnya. Yang penting sudah pernah lihat. Jadi wisata itu harus memberikan ketenangan. Kalau di daerah wisata tidak tenang, ramai aksi demo, maka wisatawan tidak akan datang,” urai JK.