Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan sambutan dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2020 di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (6/2/2020). Pertemuan tahunan tersebut mengangkat tema Ekosistem Keuangan Berdaya Saing Untuk Pertumbuhan Berkualitas. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Perkembangan isu terjadi ketika pemerintah menegosiasikan bantuan bank sentral untuk mendanai defisit fiskal yang membengkak karena tanggapan COVID-19. Pada rapat kabinet 18 Juni, Jokowi mengatakan dia akan merombak kabinetnya atau membubarkan badan-badan pemerintah jika dia merasa mereka tidak berbuat cukup untuk mengatasi krisis yang disebabkan oleh pandemi.
BPK Indonesia awal tahun ini menyebut peran pengawasan OJK lemah, berdasarkan celah dalam pengawasan tujuh bank. Tujuh termasuk PT Bank Bukopin Tbk (BBKP.JK) berukuran menengah yang bulan lalu yang memiliki arus kas negatif dan membatasi penarikan. Bank Bukopin minggu ini mengatakan pihaknya merencanakan penerbitan saham baru setelah KB Kookmin Bank Korea Selatan akan memiliki saham pengendali. OJK juga mendesak nasabah Bukopin dan bank lain untuk mengabaikan media sosial yang meminta mereka untuk menarik simpanan.
Ketua OJK Wimboh Santoso mengatakan industri perbankan secara agregat aman pada Senin kemarin. Wimboh mengutip rasio kecukupan modal yang lebih tinggi dari standar internasional pada 22,2 persen pada bulan Mei, rasio pinjaman bermasalah sebesar 3,01 persen dan indikator likuiditas tinggi.
OJK memperkirakan 15,12 juta debitur perlu merestrukturisasi pinjaman senilai Rp1.373,7 triliun (US$ 96,03 miliar) akibat pandemik, dengan Rp695,34 triliun direstrukturisasi pada 22 Juni.