Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-12-02 at 06.53.53.jpeg
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie. (Dok/Istimewa).

Intinya sih...

  • Proses pembayaran dapur MBG berjalan lancar tanpa dukungan perbankan, investasi mencapai Rp750 miliar

  • MBG menyerap 25 ribu tenaga kerja dengan 500 dapur yang beroperasi, mendorong pengembangan subsektor pendukung

  • Kadin soroti mayoritas pengangguran didominasi kelompok usia muda, meskipun indikator makroekonomi positif

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, menyampaikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang melibatkan pelaku usaha telah menunjukkan perkembangan signifikan. Hingga saat ini, Kadin sudah membangun sekitar 500 dapur produksi atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah.

Menurut Anindya, pencapaian ini merupakan bagian dari komitmen dunia usaha dalam mendukung program gizi nasional yang dicanangkan pemerintah. Kadin menargetkan pembangunan hingga 1.000 SPPG, sehingga cakupan layanan makanan bergizi dapat semakin merata.

"MBG ini menurut saya program yang bagus dan sukses, terlepas dari berbagai pemberitaaan kiri kanan, Kadin jadi bagian membuat 1.000 dapur dari target 30 ribu dapur atau SPPG. Di sini hari ini sudah sekitar 500 (SPPG) kita buat, kira-kira misalnya Rp1,5 miliar per dapur itu Rp750 miliar kocek daripada teman-teman yang ada di sini tanpa perbankan sudah keluar," ujar Anindya dalam Rapimnas Kadin di Hotel Park Hyatt Jakarta, Senin (1/12/2025).

1. Proses pembayaran dapur MBG diklaim berjalan cukup lancar

SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Menurut dia, pencapaian tersebut menunjukkan komitmen pelaku usaha dalam mendukung program pemerintah, meski di tengah beragam dinamika pemberitaan dan berbagai tantangan di lapangan.

“Tanpa dukungan perbankan pun, dana sekitar Rp750 miliar sudah tersalurkan karena adanya kepercayaan kepada pemerintah. Hingga saat ini, proses pembayarannya juga berjalan cukup lancar, yang kembali menegaskan tingkat kepercayaan tersebut,” lanjutnya.

2. MBG mampu menyerap banyak tenaga kerja

Pembagian menu MBG di SD Negeri 060843 Medan (dok.istimewa)

Selain dari sisi investasi, Anindya menambahkan bahwa kontribusi MBG juga tercermin dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap dapur MBG mempekerjakan sekitar 50 orang. Dengan 500 dapur yang kini beroperasi, jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai sekitar 25 ribu orang.

Ia menegaskan bahwa dampak program tersebut tidak hanya terbatas pada sektor pangan. Kehadiran MBG mulai mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat berbagai subsektor pendukung, mulai dari produksi ayam petelur hingga pengembangan hilirisasi pertanian yang selama ini dinilai kurang tersentuh.

Menurut Anindya, MBG bahkan telah menjadi pintu masuk yang memperluas keterlibatan pelaku usaha dalam mengembangkan berbagai produk dan layanan turunan di sektor pangan dan pertanian.

“Teman-teman dari salah satu provinsi pernah mengatakan, ‘Pak, kami juga ingin fokus pada produksi ayam petelur. Masa kita harus bergantung pada provinsi lain?’ Apalagi di negara seperti Indonesia yang rawan bencana, kita harus memiliki ketahanan yang kuat,” ujar Anindya.

3. Kadin soroti mayoritas pengangguran didominasi kelompok usia muda

Ilustrasi lowongan kerja (freepik.com/vector4stock)

Pada kesempatan tersebut, Anindya menyoroti persoalan pengangguran yang masih didominasi kelompok usia muda, khususnya mereka yang berusia 16–24 tahun, meskipun berbagai indikator makroekonomi menunjukkan kinerja positif.

Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,04 persen, sementara inflasi tetap terkendali di 2,86 persen pada Oktober 2025. Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu bright spot di dunia. Pada saat yang sama, realisasi investasi juga mendekati Rp500 triliun.

“Pengangguran memang masih ada di kisaran 4,85 persen, dan 17 persen di antaranya berasal dari usia muda, 16–24 tahun,” ujar Anindya.

Selain itu, ia menyoroti rasio ICOR Indonesia yang masih tinggi di angka 6,3, lebih besar dibandingkan Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Ia juga mencatat bahwa sekitar 69 persen tenaga kerja masih berada di sektor berproduktivitas rendah dan informal.

Menurut Anindya, kondisi tersebut menjadi alasan bagi Kadin untuk terus mendorong penyempurnaan regulasi dan kebijakan, guna memperluas pemerataan kesejahteraan serta mempercepat pertumbuhan ekonomi menuju 6–8 persen, sesuai target pemerintah.

Editorial Team