Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour sepanjang tahun 2020. (Dok. Pertamina)

Jakarta, IDN Times - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE bersiap menanggung risiko kehilangan hampir seluruh kas internalnya guna membayar sisa utang jatuh tempo mereka.

Hal itu lantaran PGE gagal meraih target emisi global bonds sebesar 600 juta dolar Amerika Serikat (AS). Head of Equity Ekuator Swarna Sekuritas, David Setyanto mengatakan, opsi itu sangat mungkin diambil mengingat jatuh tempo utang PGE adalah pada bulan depan.

Sementara itu, PGE diprediksi hanya mampu menggalang dana maksimal 400 juta dolar AS melalui penerbitan surat utang luar negeri. Padahal utang jangka pendek yang mesti dilunasi PGE sebesar 600 juta dolar AS.

"Saya lihat kan masih ada cash per Desember 2022 sebesar 262 juta dolar AS. Mungkin dari cash tersebut sisanya untuk membayar sisa utang," ujar David kepada awak media, Senin (15/5/2023).

1. Kas internal sangat dibutuhkan PGEO

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatatkan pos pendapatan baru dari penjualan carbon credit. (Dok. Pertamina)

Keberadaan kas internal sendiri sangat dibutuhkan PGE untuk menjalankan operasional mereka yang memiliki pola bisnis capital intensive. Di sisi lain, PGE dituntut mengambil kebijakan cepat dan terukur untuk menutupi sisa utangnya jika tidak ingin default, salah satunya dari kas internal.

Dengan begitu, kegiatan bisnis perseroan punn juga dipertanyakan sehingga PGE diproyeksikan bakal mengambil beberapa langkah aksi korporasi lanjutan pascapenerbitan obligasi demi berjalannya aktivitas operasional.

"Ini jadi menarik, karena memang bisnis seperti ini butuh modal besar secara terus menerus. Jadi kita lihat saja nanti lanjutan dari aksi korporasi yang akan mereka lakukan. Saya rasa nanti akan terbitkan obligasi lagi atau rights issue," tutur David.

2. Pasar obligasi dunia tengah menurun

Ilustrasi obligasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Kesulitan PGE meraup dana maksimal dari penerbitan global bonds tidak terlepas dari pasar obligasi dunia yang saat ini tengah mengalami penurunan minat dari para investor. Hal itu lantaran kenaikan suku bunga global yang membuat harga obligasi dengan kupon rendah terus terkoreksi.

Namun, kondisi keuangan yang tidak mendukung dan tenggat waktu utang di depan mata membuat PGEO terpaksa mencari dana melalui instrumen surat utang.

"Oleb sebab itu, penerbit dalam hal ini PGEO harus memberikan kupon yang menarik agar investor tertarik," kata David.

3. PGEO pastikan tidak akan ada dampak negatif dari penerbitan green bonds

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour sepanjang tahun 2020. (Dok. Pertamina)

Sebelumnya diberitakan, PGEO memang berencana menerbitkan green bonds senilai 400 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp6 triliun dengan bunga 5,15 persen per tahun yang jatuh tempo pada 2028 nanti.

PGEO akan menggunakan dana dari utang tersebut untuk melunasi seluruh sisa utang dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023.

Berkaitan dengan hal tersebut, Corporate Secretary PGEO, Muhammad Baron mengklaim penggunaan dana dari penerbitan green bonds untuk pembayaran utang sudah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework PGE.

"Sehingga tidak akan berisiko bagi keberlangsungan perseroan," kata dia.

Baron pun menyampaikan, green bonds yang pada dasarnya bentuk fundraising berwawasan lingungan justru lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pinjaman bank yang punya tingkat bunga dan risiko lebih tinggi.

"Ini lebih menguntungkan karena dapat memberikan premium/discount dari investor fixed income yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan bisnis berwawasan lingkungan, misalnya panas bumi," ujar dia.

Editorial Team