IDN Times, Pulau Obi – Di kolam raksasa yang bentuknya tak beraturan, memanjang, air berwarna hijau mengalir. Dari pinggiran kolam sendimen di kawasan industri Harita Nickel, kita bisa melihat bayang-bayang dasar pasir. Di bagian lain, ada rumpun pohon bakau bak semak liar tumbuh di tengah kolam.
“Kondisi kualitas air di kolam sendimen Tuguraci 2 ini dimonitor secara real time, setiap waktu, oleh kementerian lingkungan hidup,” kata Tonny Gultom, direktur Health Safety and Environmental PT Trimegah Bangun Persada, Tbk, atau dikenal dengan Harita Nickel.
Udara di kawasan industri Harita Nickel yang terletak di Pulau Obi, tepatnya di Desa Kawasi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara itu, terasa sejuk saat IDN Times berkunjung ke sana, Jumat (22/08/2025). Cuacanya mendung, sempat hujan rintik meski akhirnya tak jadi turun. Padahal, biasanya hawa panas menyergap 23 ribu karyawan yang bekerja di kawasan industri nikel seluas 11.500 hektare itu.
Kondisi air di kolam pengendalam Tuguraci 2, menurut data yang terpampang di sana, dianggap aman untuk dialirkan ke laut. “Kita lihat bahwa di sini kadar pH-nya justru menunjukkan ada di angka basa, bukan asam. Karena memang kami tidak menggunakan asam saat perlakuan terhadap air run off yang ditampung di kolam Tuguraci 1, yang kita lihat sama-sama, warganya sangat keruh coklat kemerahan kental,” ujar Tonny lagi.
Untuk menjaga kualitas air yang keluar dari proses yang terjadi di kawasan tambang itu, Harita Nickel menyediakan total 52 kolam, 35 di antaranya di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Trimegah Bangun Persada, Tbk. Kolam terbesar, Tuguraci 2, memiliki kapasitas penampungan air sebanyak 924.000m3. Total luasan kolam penampungan air adalah 43 hektar.
“Pengelolaan air endapan ini, mungkin yang terbesar di industri pertambangan. Bahkan, para auditor yang ditugaskan oleh IRMA terkesan dengan upaya ini,” ujar Tonny.