Pertama kali membuat macrame, Widiartati belajar dari YouTube secara mandiri. Sambil melihat Youtube, dia memegang tali. Tali yang dia gunakan adalah tali pramuka bekas camping yang dipotong-potong. Memang, tali yang paling murah untuk membuat macrame adalah tali kur.
Ternyata, setelah Macrame pertamanya jadi, ia makin bersemangat membuat kreasi lainnya. Kini ia pun mampu mengenali penyebab mengapa orang tidak kunjung bisa membuat Macrame.
“Kebanyakan orang liat video tutorial terus tapi gak langsung dipraktekkin,” tutur Widiartati. “Lihat boleh, tapi sebaiknya sambil dicoba,” katanya, menambahkan.
Saat awal-awal membuat macrame, Widiartati pun tak luput dari banyak kesalahan. Seringkali kesalahan tersebut terjadi karena faktor lupa. Hingga akhirnya dia memotivasi diri-sendiri bahwa macramenya harus jadi apapun hasilnya.
Dia berkata, ”Mau jadinya kecil atau gimana, intinya harus jadi. Jangan sampai menggantung. Sebab, orang pasti akan lupa atau malah malas untuk memulai kembali apa yang sudah dia kerjakan sebelumnya.”
Dengan pengalamannya sekitar 1,5 tahun membuat sekaligus mengajar macrame, Widiartati menemukan bahwa untuk menguasai simpul-menyimpul diperlukan kemauan untuk terus menyimpul sehingga tangan akan hapal dengan sendirinya.
“Kalau kita bikin Macrame terus berhenti di tengah jalan, terus sambung lagi berhenti lagi, dst, kita gak akan inget-inget,” tegas Widiartati.