Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini. Sebab, ada indikasi kebijakan suku bunga tinggi oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) masih diperlukan untuk menurunkan tingkat inflasi.
Menurutnya, indikasi tersebut terlihat dari sejumlah komentar para dari para petinggi bank sentral AS belakangan ini. "Pendapat tersebut membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.
Kemudian, data dirilis semalam menunjukkan ekonomi AS masih bagus, seperti data indeks sektor jasa dan penjualan rumah baru. Ekonomi Negara Paman Sam yang bagus berpotensi menaikan inflasi di AS. Hal itu bisa menjadi alasan bagi the Fed untuk menaikan suku bunganya lagi.
Ditambah lagi, pelaku pasar masih mewaspadai kesepakatan batas atas utang AS yang belum tercapai. Alhasil, sebagian pelaku pasar terlihat keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman seperti dolar AS.
Kabar baiknya, neraca pembayaran dan neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal pertama 2023 masih positif alias surplus. Itu menjadi sentimen yang baik buat rupiah.
"Ini sentimen positif yang mungkin bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS," ujarnya.