Jakarta, IDN Times - Pengembangan ekonomi kreatif tidak boleh hanya berfokus pada industri besar atau start up digital. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Irene Umar, mengatakan start up itu hanya sebagian kecil dari ekonomi kreatif.
"Pejuang Ekraf yang sebenarnya itu tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bekerja sendiri, kadang bahkan nggak sadar kalau mereka itu entrepreneur," kata Irene kepada IDN Times di sela Indonesia Summit 2025, Rabu (27/8/2025).
Dia menyatakan, justru kekuatan utama ekonomi kreatif Indonesia terletak pada individu-individu yang bergerak di tingkat akar rumput. Irene juga menyoroti para pelaku ekonomi kreatif sering kali menghadapi tantangan dalam pengelolaan keuangan, karena penghasilan mereka cenderung tidak tetap.
"Pendapatan mereka bisa besar dalam satu waktu, tapi bagaimana cara mengelolanya agar sustain? Itulah yang harus kita bantu. Jadi bukan cuma kreatif, tapi juga cerdas secara finansial," jelasnya.
Untuk itu, dia menekankan pentingnya perubahan pola pikir, jiwa kewirausahaan, dan kemampuan perencanaan keuangan dalam membangun fondasi ekraf yang kuat.
Melihat potensi besar, namun belum terorganisasi ini, Kemenparekraf menggagas program "Ekraf Hunt", sebuah inisiatif pemetaan sumber daya dan talenta kreatif dari Sabang sampai Merauke.
"Indonesia itu kaya, bukan cuma sumber daya alamnya, tapi juga manusianya. Produk-produk kreatif itu aset. Kita harus bisa kelola, petakan, dan koneksikan dengan yang membutuhkan," ujar Irene.
Program ini dirancang menjadi semacam 'yellow pages' ekonomi kreatif yang akan mempermudah pencarian talenta oleh pelaku industri dan memperkuat ekosistem kreatif nasional.