Fadhil pun kemudian mendapatkan klarifikasi dari pihak Tanijoy terkait persoalan tersebut.
Namun, klarifikasi tersebut tidak menjawab mengapa begitu banyak dana lender yang tidak bisa diperoleh kembali sampai saat ini.
"Tanijoy sendiri mengklaim permasalahan utamanya adalah pada proses collection di petani, tapi beberapa petani mengklaim kalau justru Tanijoy yang bermasalah," kata Fadhil.
Adapun, klarifikasi tersebut disampaikan Tanijoy dalam virtual meeting atau rapat virtual yang dilaksanakan bersama para lender, termasuk Fadhil pada 7 Mei 2021. IDN Times pun mendapatkan berita acara virtual meeting tersebut
Dalam dokumen notula virtual meeting mediasi itu, CEO Tanijoy, Nanda Putra mengakui bahwa pihaknya melakukan kesalahan dengan tetap mengirimkan laporan akhir dan juga top up dana ke saldo para lender dengan menggunakan dana talangan atau dari Tanijoy sendiri.
"Namun, seiring berjalannya waktu, banyak oknum (petani) yang tidak menyelesaikan kewajibannya. Dari 126 proyek yang telah selesai, 30 proyek belum menyelesaikan kewajibannya atau berdasarkan persentase, 35,3 persen dari total proyek belum lunas pembayarannya," ucap Nanda.
Selain itu, Nanda juga mengungkapkan bahwa ada proyek-proyek yang belum selesai sesuai dengan jadwal jatuh temponya karena beberapa kendala seperti gagal panen atau rugi, petani yang kurang responsif, dan sumber daya manusia (SDM) Tanijoy yang terbatas.
"Kondisi Tanijoy saat ini, semenjak pandemik, terus mengurangi jumlah
SDM. Seperti diketahui, bahwa pendapatan Tanijoy Fintech berasal dari proyek yang dipublikasikan melalui platform Tanijoy. Semenjak pandemi dan Tanijoy menghentikan publikasi proyek, maka pendapatan Tanijoy Fintech pun tidak ada. Per April ini, hanya tersisa dua orang karyawan yang full-time untuk menangani aktivitas sehari-hari di Tanijoy Fintech," ujar Nanda dalam notula virtual meeting bersama lender 7 Mei lalu.