Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Indonesia berhasil mencatatkan ekspor pada April 2022 sebesar 27,32 miliar dolar AS. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, serta tumbuh sebesar 47,76 persen secara year on year (yoy). Ekspor migas dan nonmigas sama-sama mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 48,92 persen dan 47,7 persen (yoy).

Potensi penguatan nilai ekspor masih akan terus tinggi seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih berlanjut ke depannya. Dia mengatakan hal ini juga terus diimbangi dengan baik oleh pertumbuhan ekspor nonmigas yang konsisten kuat.

"Ini bukti nyata perbaikan struktur ekonomi yang fundamental. Pemerintah akan terus berupaya agar perbaikan ini berkesinambungan,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan tertulis, Rabu (18/5/2022).

1. Kenaikan harga komoditas jadi momentum pertumbuhan ekonomi nasional

Ilustrasi perdagangan (ANTARA FOTO)

Kenaikan harga komoditas global membawa dampak positif pada ekspor kita khususnya terkait komoditas energi, mineral dan logam, di mana Indonesia mengekspor dalam jumlah yang besar sehingga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

“Menguatnya ekspor diharapkan terus menopang surplus neraca perdagangan sehingga terus memberikan dampak positif bagi aktivitas sektor riil. Likuiditas yang meningkat yang diperoleh dari aktivitas ekspor akan berdampak positif bagi aktivitas konsumsi dan investasi domestik, sehingga diharapkan dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi”, ujar Febrio. 

Surplus neraca perdagangan pada April 2022 tercatat 7,56 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat surplus 4,54 miliar dolar AS. Kondisi ini melanjutkan tren surplus selama 24 bulan berturut-turut. Selain itu, surplus tersebut juga merupakan surplus tertinggi sepanjang sejarah mengalahkan rekor pada Oktober 2021 yang tercatat 5,74 miliar dolar AS. 

Surplus neraca perdagangan yang tinggi akan berdampak semakin positif bagi PDB Indonesia di kuartal II 2022. Selain itu, hal ini juga turut menopang stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan risiko global sehingga menjadi bantalan stabilitas ekonomi Indonesia.

“Bila dibandingkan dengan tahun 2021, maka arah penguatan tahun 2022 diperkirakan jauh lebih baik. Hal ini disebabkan kondisi surplus neraca perdagangan yang lebih besar, serta pandemi yang semakin mengarah ke endemi yang memperkecil hambatan mobilitas,” jelas Febrio.

2. Pemerintah masih waspadai dampak ketegangan Rusia dan Ukraina

Seorang anggota layanan Rusia terlihat di kendaraan tempur infanteri BMP-3 selama latihan yang diadakan oleh angkatan bersenjata Distrik Militer Selatan di jajaran Kadamovsky di wilayah Rostov, Rusia Kamis (3/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/WSJ.

Pemerintah terus memantau potensi dampak ketegangan Rusia dan Ukraina, salah satunya melalui transmisi volume dan harga komoditas global. Namun, dampak langsungnya diperkirakan relatif kecil bagi kinerja perdagangan Indonesia.

Dijelaskannya, pemerintah akan terus mewaspadai dampak tak langsung dari konflik Rusia dan Ukraina, baik terkait pelemahan kinerja ekonomi global maupun terkait dengan lonjakan harga komoditas. Disrupsi perdagangan global akan menekan laju pemulihan ekonomi global yang diproyeksikan semakin melambat.

3. Lonjakan harga komoditas dorong kenaikan inflasi di Indonesia

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, lonjakan kenaikan harga komoditas, khususnya energi dan pangan, disebut akan mendorong kenaikan inflasi di dalam negeri. 

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kestabilan harga dan kecukupan ketersediaan kebutuhan pangan pokok dan energi, termasuk memberikan bantalan kebijakan berupa bansos minyak goreng untuk kelompok berpendapatan rendah.

Editorial Team