Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times / Auriga Agustina

Jakarta, IDN Times - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok ternyata tidak selamanya membawa dampak negatif. Dengan adanya sentimen ini, Indonesia memanfaatkan peluang agar Tiongkok merelokasi pabriknya ke Tanah Air.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, mengakui, bahwa saat ini pemerintah memang telah berkali-kali mengunjungi negara tirai bambu untuk melakukan negosiasi.

"Sekarang bolak-balik terus ke Dong Guan, Tiongkok. Tempat itu adalah sentra industri mebel di Tiongkok. Jadi kami lagi incar pemilik mebel, pemiliknya ada yang dari Tiongkok ada juga yang dari Taiwan punya pabrik di Tiongkok," kata Thom di Jakarta Selasa (30/7).

1. Pemasok utama Apple telah merelokasi perusahaannya di Batam

Selain itu, menurut Lembong, bukti nyata bahwa Indonesia memanfaatkan dampak perang dagang dapat terlihat dari pemasok utama Apple yakni Pegatron. Mereka yang merelokasi pabrik mereka ke Batam dengan investasi sebesar US$40 dan berpotensi dapat melakukan ekspor hingga US$1 miliar, pada 2021 mendatang.

"Kemenperin juga sedang komunikasi dengan satu pemasok Apple, yaitu Compal, untuk relokasi ke Indonesia," ucapnya.

2. Indonesia harus bersaing untuk menangkan kondisi ini

Thomas Trikasih Lembong, 18 Juni 2019 (IDN Times/Auriga Agustina)

Kendati demikian, ia mengatakan Indonesia tetap harus bersaing sengit dengan negara Asia lainnya. Pasalnya, ada dua pemasok utama Apple yang memilih merolakasi pabriknya ke India.

"Ada dua pemasok utama Apple yang memilih ke India yaitu Foxconn dan Wistron. Kita menghadapi persaingan sengit untuk bisa menggarap relokasi pabrik dari Tiongkok," tuturnya.

3. Relokasi industri ke luar Tiongkok sudah seharusnya dilakukan

Terlepas dari perang dagang, ia mengatakan relokasi industri ke luar Tiongkok memang sudah seharusnya terjadi saat ini, lantaran kondisi Tiongkok tidak lagi kondusif terhadap industri padat karya.

"Sudah waktunya Tiongkok mengembalikan pabrik-pabrik yang dulu diambil dari negara-negara Asia Tenggara yang diambil 20 tahun lalu, Jumlah tenaga kerja di Tiongkok mulai berkurang, struktur perekonomiam Tiongkok tidak lagi kondusif untuk industri padat karya. Sekarang mereka ke sektor jasa bernilai tinggi dan sektor padat modal," ucapnya.

Editorial Team