Di sisi lain, rupiah bisa terselamatkan oleh persepsi sebagian pelaku pasar yang masih melihat tidak ada kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) di rapat terakhir tahun ini di Desember.
Menurut survei CME FedWatch Tool terbaru, probabilitas the Fed akan menahan suku bunga acuannya di rapat Desember sebesar 93 persen. CME FedWatch Tool adalah alat yang disediakan oleh CME Group, sebuah perusahaan perdagangan berjangka global.
Alat tersebut digunakan untuk memantau ekspektasi pasar terkait kebijakan moneter the Fed. Itu memberikan informasi tentang probabilitas perubahan suku bunga oleh the Fed dalam pertemuan-pertemuan berikutnya.
"Persepsi sebagian pelaku pasar yang masih melihat tidak ada kenaikan suku bunga AS lagi di rapat the Fed terakhir tahun ini di Desember, bisa mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS," tambah dia.
Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong juha memproyeksikan rupiah akan menguat terbatas dengan investor menantikan data penjulaan ritel Indonesia yang diperkirankan akan lebih tinggi.
"Namun penguatan akan terbatas dengan data inflasi China yang baru dirilis menunjukan penurunan pada harga yang mencerminkan permintaan yang masih lemah," tambah Lukman.