Sementara itu, sentimen yang berasal dari dalam negeri yakni data pertumbuhan ekonomi kuartal II, mungkin bisa mendorong penguatan rupiah bila hasilnya menunjukkan pertumbuhan di atas 5 persen.
Sementara itu, analis pasar mata uang, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan akan menguat oleh perlemahan dolar AS setelah data tenaga kerja AS non-farm payroll (NFP) yang lebih lemah dari perkirakan.
"Namun penguatan akan terbatas mengingat investor wait and see menjelang data pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa Indonesia," ucapnya.
Senada dengan Ariston, Lukman mengatakan data pertumbuhan ekonomi akan sangat dinantikan.
"Konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan akan tumbuh di bawah 5 persen (YoY) atau bawah target pemerintah," tuturnya.